Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berapa Lama Manusia Bisa Bertahan Tanpa Makan?

Kompas.com - 28/05/2022, 16:07 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Asam lemak itu juga digunakan untuk membentuk keton di hati.

Keton adalah zat lain yang dapat digunakan tubuh sebagai sumber energi, yang dilepaskan ke dalam aliran darah.

Ketika otak menggunakannya untuk bahan bakar, ia tidak membutuhkan banyak glukosa.

Ketika cadangan asam lemak habis, tubuh akan masuk ke tahap selanjutnya untuk bertahan hidup, yaitu dengan memecah jaringan otot untuk mendapatkan protein.

Semakin lama manusia hidup tanpa makan, semakin cepat kerusakan itu terjadi.

Tubuh bisa mulai kehilangan fungsi jantung, ginjal, dan hati, hingga akhirnya menuju ke kematian.

Baca juga: Mengapa Kita Mengantuk Setelah Makan?

Faktor lain yang mempengaruhi

Mengutip Verywell Health, ada beberapa penelitian yang menunjukkan beberapa faktor lain yang mempengaruhi berapa lama seseorang dapat bertahan hidup tanpa makan.

Salah satu faktornya adalah berat badan awal seseorang. Orang yang kurus biasanya dapat mentolerir kehilangan hingga 18 persen dari massa tubuh mereka.

Orang yang mengalami obesitas dapat mentolerir lebih banyak, mungkin lebih dari 20 persen.

Penelitian telah menemukan bahwa orang yang tidak obesitas atau kelebihan berat badan akan menjadi lemah setelah 30-50 hari tanpa makan.

Kematian biasanya terjadi antara 43-70 hari. Pada orang gemuk, jangka waktu ini cenderung lebih lama.

Faktor lain mungkin berperan dalam lamanya jangka waktu seseorang bertahan hidup tanpa makan, yaitu:

  • Jenis kelamin: wanita bertahan hidup lebih lama dari pria. Ini benar bahkan dalam kelaparan.
  • Usia: anak-anak memiliki risiko kematian yang lebih tinggi selama kelaparan.

Baca juga: Pola Makan untuk Turunkan Tekanan Darah Tinggi

Efek samping

Mengutip Healthline, beberapa efek samping yang bisa muncul karena hidup tanpa makan, meliputi:

  • Pingsan
  • Pusing
  • Tekanan darah menurun
  • Detak jantung melambat
  • Hipotensi
  • Kelemahan
  • Dehidrasi
  • Kerusakan tiroid
  • Sakit perut
  • Kalium rendah (hipokalemia)
  • Fluktuasi suhu tubuh
  • Stres pasca-trauma atau depresi
  • Serangan jantung
  • Kegagalan organ.

Mereka yang mengalami kelaparan untuk waktu yang lama tidak dapat mulai mengkonsumsi makanan dalam jumlah normal segera.

Tubuh perlu diredam dengan sangat perlahan untuk makan lagi untuk menghindari reaksi merugikan, yang dikenal sebagai sindrom refeeding, termasuk:

  • Kondisi jantung
  • Kondisi neurologis
  • Pembengkakan jaringan tubuh.

Melanjutkan makan setelah kelaparan akan memerlukan pengawasan dokter dan biasanya didahului asupan jenis:

  • Sayuran rebus
  • Makanan bebas laktosa
  • Makan rendah protein dan rendah gula.

Baca juga: Benarkah Penderita Diabetes Tak Boleh Makan Buah?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com