KOMPAS.com - Saat mendapatkan perawatan medis jangka panjang atau di rumah sakit, terkadang pasien disarankan menggunakan alat kateter urine.
Pemasangan kateter urine biasanya dilakukan dokter atau perawat di rumah sakit dan penyedia layanan kesehatan.
Berikut penjelasan lebih lanjut apa itu kateter urine, fungsi, jenis, sampai pemasangannya.
Baca juga: Kenali Pemeriksaan Protein Urine untuk Melihat Fungsi Ginjal
Kateter urine adalah alat yang digunakan untuk membantu mengalirkan urine dari uretra (saluran untuk mengeluarkan urine dari kandung kemih).
Ketika sudah dipasangi kateter, urine yang terbuang akan ditampung ke kantong penampungan khusus urine.
Dilansir dari NHS, pemasangan kateter bisa dilakukan lewat saluran kencing atau melalui lubang kecil yang dibuat di perut bagian bawah.
Baca juga: 21 Penyebab Protein Urine Tinggi yang Perlu Diwaspadai
Ada beberapa fungsi kateter urine, di antaranya:
Dokter biasanya menganjurkan jenis kateter urine tertentu untuk mengatasi beberapa masalah kesehatan di atas.
Baca juga: Retensi Urine: Gejala dan Penyebabnya
Terdapat tiga jenis kateter urine yang biasanya digunakan untuk membantu pasien buang air kecil. Di antaranya kateter sementara, kateter kondom, dan kateter menetap. Berikut penjelasannya.
Dikutip dari RSUD Badung, penggunaan kateter urine sementara biasanya untuk pasien yang tidak bisa kencing selang 8–12 jam setelah operasi, uretra bermasalah, baru dibius, cedera tulang belakang, atau memiliki gangguan saraf yang mengendalikan buang air kecil.
Prosedur pemasangan kateter sementara biasanya dilakukan dalam waktu relatif singkat, antara lima sampai 10 menit.
Kateter urine menetap biasanya digunakan untuk pasien yang baru menjalani operasi uretra dan sekitar saluran kencing, saluran kencing tersumbat atau ada masalah pada aliran urine, dan inkontinensia urine.
Kateter urine menetap biasanya digunakan dalam waktu dua minggu. Setelah itu, kateter perlu diganti agar kebersihannya tetap terjaga.
Penggunaan kateter menetap perlu dibarengi perawatan minum banyak cairan agar kotoran tidak mengendap dalam kateter, kantong penampungan urine dikosongkan secara berkala, tidak mengangkat kantong penampungan urine lebih tinggi dari tubuh penderita, dan membersihkan kateter secara berkala.
Baca juga: 4 Urutan Proses Pembentukan Urine di Tubuh Kita
Dilansir dari MedlinePlus, kateter kondom biasanya disarankan untuk pasien pria penderita inkontinensia urine.
Pemasangan kateter kondom tidak menggunakan selang yang dipasang di saluran kencing seperti kateter lainnya.
Namun, kateter kondom menggunakan alat seperti kondom yang diletakkan di atas penis. Kondom ini juga terhubung dengan selang untuk mengalirkan urine ke kantong penampungan urine.
Baca juga: 15 Penyebab Kencing Sakit yang Perlu Diwaspadai
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.