Begitu pula dengan subvarian BA.5 yang sebagian besar dideteksi di Afrika Selatan dan negara-negara Eropa.
Tidak ketinggalan, Indonesia akhirnya kembali mengalami peningkatan angka kasus infeksi COVID-19 karena dua subvarian tersebut.
Subvarian BA.4 dan BA.5 Omicron mulai dideteksi di Indonesia sejak 6 Juni 2022 dan menjadi subvarian COVID-19 yang secara dominan menginfeksi di Indonesia.
Kemampuan penyebaran infeksi dua subvarian tersebut sangat tinggi karena adanya kemampuan untuk melakukan manuver immune escape. Artinya lebih mudah menghindari antibodi yang terbentuk akibat infeksi COVID-19 yang sebelumnya atau akibat dari vaksin yang diberikan.
Apa dampak infeksi COVID-19 Omicron Subvarian BA.4 dan BA.5?
Gejala yang paling sering dihadapi oleh pasien yang mengalami infeksi Omicron subvarian BA.4 dan BA.5 adalah infeksi ringan, nyeri kepala, nyeri seluruh badan, nyeri otot, batuk, demam, dan cepat lelah.
Tidak seperti varian COVID-19 sebelumnya, orang yang terinfeksi subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 tidak memiliki gejala berupa anosmia (hilangnya kemampuan menghidu) ataupun ageusia (hilangnya kemampuan mengecap), hingga sesak napas berat.
Karenanya, angka kematian akibat infeksi Omicron dibandingkan dengan varian sebelumnya seperti varian delta jauh lebih rendah.
Walaupun, bila dibandingkan dengan Omicron subvarian lainnya seperti BA.1 dan BA.2, gejala dari subvarian BA.4 dan BA.5 tidak berbeda bermakna.
Salah satu penyebab derajat keparahan infeksi yang rendah juga diperankan oleh terdapatnya hybrid immunity yang merupakan kombinasi antara pemberian vaksin dan infeksi oleh COVID-19 jenis sebelumnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.