KOMPAS.com - Sakit perut adalah masalah yang sering dialami si kecil dan tak jarang membuat para orangtua khawatir.
Sakit perut sering membuat bayi kita menangis kencang dan susah ditenangkan.
Dilansir dari BabyCenter, sakit perut umumnya disebabkan karena penumpukan gas, kolik, intoleransi laktosa, hingga alergi makanan.
Baca juga: 7 Gejala Usus Buntu, Tak Hanya Sakit Perut Sebelah Kanan
Gejala sembelit atau konstipasi umumnya terlihat ketika frekuensi buang air besar (BAB) bayi lebih sedikit dari biasanya.
Pada beberapa kasus, ada bayi yang tidak buang air besar dalam tiga hari atau lebih. Mereka bahkan tampak tidak nyaman atau kesakitan saat BAB karena tinja keras dan kering.
Berikut kondisi yang bisa menyebabkan sembelit pada bayi, antara lain:
Hal yang perlu dilakukan saat bayi Anda mengalami sembelit yaitu mencukupi cairannya, olahraga ringan, hingga tawarkan makanan berserat (oatmeal, kacang polong).
Selain itu, orangtua sebaiknya jangan memberi makanan seperti pisang, apel, wortel, keju, yang dapat menyebabkan feses mengeras.
Jika si kecil masih kesulitan BAB, bicarakan dengan dokter spesialis anak untuk pilihan pengobatan. Jangan berikan obat pencahar tanpa resep dokter.
Baca juga: 16 Cara Mengatasi Sakit Perut Secara Alami dan dengan Bantuan Obat
Bayi bisa menelan udara seperti saat menyusu dan menangis.
Perut kembung sering terjadi ketika bayi mulai makanan padat dan mencoba makanan yang berbeda untuk pertama kalinya.
Ketika udara terjebak di perut bayi, maka akan menyebabkan perut kembung, sendawa, kentut, perut keras, hingga menangis karena merasa tak nyaman.
Hal yang dapat bapak ibu lakukan untuk mengatasi kembung pada bayi ialah:
Sebagian besar bayi mengeluarkan air liur atau bahkan muntah setelah menyusu. Kondisi ini disebut gastroesophageal reflux (GERD) atau asam lambung.
Refluks terjadi ketika katup antara kerongkongan dan perut anak Anda tidak berfungsi dengan baik. Hal ini membuat makanan serta asam lambung naik dari perut ke tenggorokan.
Asam lambung dapat menyebabkan sakit perut dan sensasi terbakar di tenggorokan dada.
Bayi yang yang mengalami GERD parah dapat alami gagal tumbuh, kesulitan bernapas, hingga masalah nafsu makan.
Baca juga: Efek Samping Bawang Bisa Picu Sakit Perut
Kolik pada bayi adalah kondisi ketika bayi menangis hingga berjam-jam dan sulit untuk ditenangkan.
Dilansir dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kolik pada bayi biasanya terjadi pada bayi berusia 2 minggu sampai 4 bulan, disebut juga sindrom 4 bulan.
Laktosa terdapat pada ASI atau susu formula. Dalam usus bayi, laktosa akan dicerna oleh enzim laktase yang terdapat pada usus bayi.
Nantinya, laktosa akan menjadi glukosa dan galaktosa, yang diserap usus ke dalam sirkulasi darah untuk keperluan metabolisme tubuh.
Pada bayi yang mengalami intoleransi laktosa, tubuh mereka tidak dapat memproduksi enzim tersebut.
Gejala intoleransi laktosa antara lain, diare, kembung, sakit perut, hingga tidak ada pertambahan berat badan.
Segera konsultasi ke dokter, jika anak Anda mengalami intoleransi laktosa. Hindari juga makanan tertentu yang bisa sebabkan intoleransi laktosa.
Baca juga: 8 Penyebab Sakit Perut setelah Makan
Diare merupakan gejala gangguan saluran pencernaan yang paling sering terjadi dan bisa menyebabkan bayi mengalami sakit perut.
Diare pada bayi kurang 2 tahun biasanya disebabkan infeksi virus dan akan membaik sendiri kurang dari seminggu.
Bayi yang mengalami diare diare biasanya disertai demam dan didahului dengan muntah.
Pertolongan pertama untuk bayi diare adalah pemberian cairan rehidrasi oral (CRO) yang sudah berupa kemasan dalam botol atau cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sup, minuman yang tidak manis, yogurt, atau air putih.
Perlu diketahui, ada beberapa kondisi sakit perut pada bayi yang harus dikonsultasikan ke dokter, yaitu: