KOMPAS.com - Stroke merupakan penyakit yang cukup ditakuti karena umumnya datang secara tiba-tiba. Penyakit ini menyebabkan seseorang alami cacat sementara bahkan permanen.
Stroke terjadi ketika ada hal yang menghalangi aliran darah. Ketika aliran darah tersumbat, sel-sel otak bisa mati dalam beberapa menit, karena tidak mendapatkan oksigen.
Selain penyumbatan pembuluh darah, stroke juga disebabkan oleh pembuluh darah di otak yang pecah.
Baca juga: 6 Bahaya Stroke yang Pantang Disepelekan, Bisa Picu Kematian
Dua kasus tersebut menyebabkan bagian otak menjadi rusak atau mati. Stroke lantas menyebabkan kerusakan otak berkepanjangan, cacat permanen, atau bahkan kematian.
Untuk memahami lebih lanjut tentang stroke, Anda sebaiknya juga mengetahui soal mitos terkait penyakit tersebut.
Risiko stroke memang cenderung meningkat apabila seseorang memiliki penyakit kardiovaskular. Namun, stroke bukan masalah pada jantung, melainkan di otak.
"Segelintir orang mungkin berpikir bahwa stroke adalah masalah jantung," ujar dr. Rafael Alexander Orti, kepala Bedah Neuro-Endovaskular dan Neuro-Radiologi di Rumah Sakit Lenox Hill kepada Medical News Today.
"Itu tidak benar. Stroke adalah masalah otak, yang disebabkan oleh penyumbatan atau pecahnya arteri atau vena di otak, bukan di jantung.” imbuhnya.
Baca juga: Begadang Bisa Jadi Penyebab Stroke, Kok Bisa?
Stroke sering disebut sebagai penyakit mendadak yang tidak dapat dicegah. Padahal, stroke sebenarnya lebih sering terjadi pada orang dengan beberapa kondisi berikut:
Faktor-faktor risiko di atas dapat disingkirkan dengan mengubah gaya hidup. Anda bisa menerapkan 7 gaya hidup sederhana yaitu:
Stroke ternyata merupakan penyakit yang dapat diwariskan dari satu anggota keluarga kepada anggota lain.
Hal ini lantaran keluarga cenderung berbagi lingkungan dan gaya hidup. Gaya hidup tidak sehat cenderung meningkatkan risiko stroke di antara anggota keluarga, terutama bila digabungkan dengan faktor risiko genetik.
Beberapa orang menganggap penyakit stroke datang tiba-tiba tanpa gejala. Padahal, penyakit ini sebenarnya menunjukkan gejala yang jarang disadari oleh sebagian orang.
Apa saja gejala stroke yang wajib kita perhatikan?
Baca juga: Hubungan Hipertensi, Penyakit jantung, dan Stroke
Beberapa orang menganggap stroke sebagai penyakit yang tidak dapat diobati. Padahal, perkembangan medis memberikan inovasi dalam pengobatan penyakit ini yaitu:
Selain itu, penderita stroke juga dapat melakoni sederet terapi fisik serta terapi wicara.
Usia memang menjadi salah satu faktor orang terkena stroke. Namun, penyakit ini tidak hanya menyerang orang dengan usia lanjut (lansia).
Orang yang lebih muda juga berisiko terkena stroke apabila mereka mengidap risiko seperti gen, hipertensi, diabetes, obesitas, serta kecanduan tembakau.
Istilah stroke ringan membuat beberapa orang menganggap bahwa itu merupakan kondisi yang tidak serius.
Padahal, stroke ringan bisa saja menjadi tanda bahwa stroke berat bisa saja terjadi di kemudian hari.
Baca juga: 8 Gejala Stroke pada Pria dan Penyebabnya
Stroke merupakan penyebab utama kecacatan jangka panjang. Namun, tidak semua orang yang terkena stroke akan mengalami kelumpuhan atau cacat permanen.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), stroke menyebabkan berkurangnya mobilitas pada lebih dari separuh penderita yang berusia 65 tahun ke atas.
Namun, dampak jangka panjang dari stroke terjadi berdasarkan beberapa faktor, seperti jumlah jaringan otak atau area yang terkena.
Apabila stroke menyerang bagian kiri otak, orang akan mengalami:
Kemudian, jika stroke menyerang sisi kanan otak, orang akan mengalami:
Pemulihan dari stroke bisa memakan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Bukan hanya itu, beberapa orang bahkan tidak bisa pulih total.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.