Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dikdik Kodarusman
Dokter RSUD Majalengka

Dokter, peminat kajian autofagi. Saat ini bekerja di RSUD Majalengka, Jawa Barat

Apakah Insulin Menghambat Autofagi?

Kompas.com - 20/08/2022, 09:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BEBERAPA pembaca yang mengikuti tulisan-tulisan saya menyimpulkan insulin sumber masalah. Begitu juga para pengikut intermitten fasting. Mereka menganggap prinsip autofagi identik dengan antiinsulin.

Tentu saja anggapan ini keliru. Tuhan tidak pernah menciptakan sesuatu untuk merusak. Walau berupa bencana alam seperti erupsi gunung berapi. Semuanya untuk menjaga keseimbangan. Semuanya merupakan sebuah kompensasi agar semesta tetap terus berproses.

Masalah timbul saat kita keliru merespons mekanisme kompensasi tersebut. Hingga menimbulkan banyak keluhan. Ini yang terjadi pada insulin. Untuk itu kita harus mengenal insulin lebih dekat.

Insulin adalah senyawa protein rantai panjang yang diproduksi sel beta pankreas. Insulin berperan penting dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.

Disebut juga sebagai bagian dari hormon anabolik. Artinya insulin berperan dalam berbagai pembentukan senyawa-senyawa yang ada dalam tubuh.

Selain insulin, hormon anabolik lain umumnya merupakan senyawa steroid. Seperti testosteron dan estrogen. Steroid adalah senyawa yang terbentuk dari kolesterol.

Artinya tidak hanya metabolisme karbohidrat saja yang dipengaruhi insulin, tapi juga lemak dan protein. Mengapa pada metabolisme karbohidrat begitu penting? Karena insulin berperan dalam proses transpor aktif glukosa ke dalam sel.

Ternyata transpor glukosa ke dalam sel tidak hanya dipengaruhi oleh insulin. Namun yang terpenting adalah ketersediaan energi. Energi ini dalam bentuk ATP. ATP melalui proses siklus ATP menyediakan energi untuk terjadinya transpor aktif.

Peran insulin terpenting adalah pengaktifkan ribosom. Ribosom berperan dalam proses sintesa protein melalui proses transkripsi. Hal ini yang sering dilupakan oleh peminat intermitten fasting.

Proses glukoneogenesis terus menerus tanpa jeda malah akan merusak tubuh itu sendiri. Untungnya insulin justru diproduksi setelah adanya pelepasan inkretin. Inkretin dipicu oleh makanan yang masuk ke saluran cerna. Makanan jenis apapun, tidak hanya karbohidrat.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 1986 oleh Michael Nauck dan timnya, diketahui 70 persen pelepasan insulin dipengaruhi oleh inkretin. Inkretin terutama dipengaruhi oleh karbohidrat.

Nama inkretin sendiri merupakan sebuah akronim. Dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari INtestinal seCREtion of INsulinE ( INCRETINE). Bisa diterjemahkan sebagai cairan usus halus pemicu insulin.

Artinya dengan memberikan asupan makanan, bisa memicu pelepasan insulin. Pelepasan insulin ini akan menghentikan proses glukoneogenesis. Dimulai proses anabolisme, pembentukan senyawa yang dibutuhkan tubuh.

Glukosa yang telah tersedia dapat digunakan sebagai sumber energi proses anabolisme tersebut. Tanpa adanya insulin proses anabolisme tidak terjadi. Bahkan pembentukan hormon steroid juga dipengaruhi oleh peran insulin pada metabolisme lemak.

Selain proses lipogenesis dari karbohidrat proses pembentukan hormon steroid dari kolesterol juga dipengaruhi insulin. Sehingga ketiadaan insulin juga mengganggu proses reproduksi. Selain itu pembentukan ciri-ciri kelamin sekunder akan terganggu juga.

Pembentukan ciri-ciri kelamin sekunder berupa pembentukan otot pada pria. Pertumbuhan kumis dan janggut. Atau penumpukan lemak pada pinggul dan payudara pada wanita.

Semuanya merupakan pengaruh dari hormon steroid. Sintesa hormon steroid merupakan hasil kerja insulin.

Begitu besarnya peran insulin dalam proses anabolisme bukan berarti bersifat antagonis dengan glukagon. Meskipun selama ini dikenal hormon glukagon memicu proses katabolisme, yaitu glukoneogenesis.

Dengan memahami sebagai sinergi antara glukagon dan insulin, kita dapat memahami mengapa terjadi proses glukoneogenesis. Proses glukoneogenesis menyediakan kecukupan energi untuk proses anabolisme.

Pada penderita diabetes melitus di mana terjadi hiperglukoneogenesis asupan karbohidrat dibatasi. Jenis karbohidrat yang diijinkan hanya jenis kompleks atau dengan indeks glikemik rendah.

Hal ini dimaksudkan agar memberikan rangsangan pelepasan inkretin yang lebih lama di saluran cerna

Pada penderita diabetes yang berhubungan dengan stres fisik dibutuhkan asupan protein yang tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk menyediakan bahan pengganti organ atau sel yang rusak. Kebutuhan glukosanya sendiri sudah disediakan tubuh melalui proses glukoneogenesis.

Pemberian insulin dapat juga diberikan tapi dengan memperhatikan waktunya. Sebaiknya insulin diberikan setelah proses glukoneogenesis selesai. Tandanya adalah buang air kecil yang banyak. Sehingga seluruh produk dari hasil glukoneogenesis dapat dimanfaatkan

Artinya pemahaman insulin bekerja antagonis dengan glukagon harus dirubah. Sehingga anggapan insulin penghambat regenerasi bisa dihapus. Insulin dan glukagon bekerja sinergis hanya waktunya tidak bersamaan. Saling melengkapi, tidak saling menghambat.

Pemahaman ini juga untuk membantah anggapan lebih lama puasa berarti lebih baik. Justru puasa terus menerus membuat kondisi hiperglukoneogenesis.

Bahkan umumnya para pelaku puasa ekstrem banyak yang menderita diabetes saat berbuka. Hal ini diakibatkan pankreas lama tidak dirangsang melepaskan insulin.

Apapun yang tidak digunakan akan mengalami penurunan fungsi. Begitupun sel beta pankreas. Begitupun jika sering dirangsang akan berfungsi berlebih, seperti hiperinsulinemi. Akhirnya mengalami obesitas.

Obesitas menjadi diabetes karena menyediakan cadangan lemak yang banyak untuk diubah menjadi glukosa pada glukoneogenesis. Hal ini tentu saja akan mengakibatkan lonjakan tekanan osmotik yang cepat. Lonjakan yang bisa memicu pelepasan vasopresin.

Itulah sebabnya, mengapa komplikasi diabetes pada pasen dengan obesitas, lebih sering mengakibatkan serangan jantung dan penyakit vaskuler lain. Karena tekanan osmotik yang meningkat cepat, disamping terjadinya aterosklerosis.

Jadi yang tepat, adalah menjaga keseimbangan. Kapan anda harus makan. Kapan anda harus menghindari karbohidrat sederhana. Kapan anda harus minum dan kapan minum harus dihindari.

Inilah prinsip autofagi. Atau lebih tepat dikatakan prinsip homeostasis, seperti rumusan Hippocrates. Pelopor kedokteran modern.

Salam, semoga menjadi inspirasi hidup sehat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com