PCP didiagnosis menggunakan sampel dari paru-paru pasien. Sampel biasanya diambil dari lendir atau dahak yang dibatukkan pasien atau dikumpulkan dengan prosedur yang disebut lavage bronchoalveolar.
Terkadang, sampel kecil jaringan paru-paru (biopsi) digunakan untuk mendiagnosis PCP. Sampel pasien dikirim ke laboratorium untuk diperiksa di bawah mikroskop.
Selain itu, Polymerase chain reaction (PCR) juga dapat digunakan untuk mendeteksi DNA Pneumocystis dalam berbagai jenis sampel.
Orang dengan HIV/AIDS yang mengalami PCP harus segera mendapat pengobatan dan perawatan profesional. Pasalnya, jika dibiarkan PCP dapat menyebabkan kematian.
Bentuk pengobatan yang paling umum adalah trimetoprim atau sulfametoksazol (TMP/SMX), yang juga dikenal sebagai kotrimoksazol dan dengan beberapa nama merek yang berbeda, termasuk Bactrim, Septra, dan Cotrim.
Obat ini diberikan melalui oral atau melalui pembuluh darah selama 3 minggu.
Sejauh ini, belum ada vaksin yang ditujukan untuk mencegah Pneumocystis pneumonia. Ahli medis biasanya hanya meresepkan obat untuk mengontrol perkembangan gejala PCP.
Baca juga: Dapatkah Tertular HIV karena Seks Oral?
Mycobacterium avium complex (MAC) adalah sekelompok bakteri yang terkait dengan tuberkulosis. Bakteri ini sangat umum terdapat di makanan, air, dan tanah.
Hampir setiap orang memiliki sekelompok bakteri ini. Namun, hanya menimbulkan masalah saat seseorang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, seperti penderita HIV.
MAC dapat menginfeksi salah satu bagian tubuh manusia, seperti paru-paru, tulang, atau usus. Dilansir dari WebMD, gejala MAC baru dirasakan saat bakteri telah menyebar ke seluruh tubuh. Berikut beberapa gejala MAC:
MAC dapat didiagnosis dengan pengambilan sampel urine, darah, sputum atau cairan kentar di saluran napas dan paru-paru, serta sumsum tulang.
Selain itu, diperlukan pula CT scan dada dan perut untuk membantu dokter mengetahui masalah kelenjar getah bening, hati, atau limpa.
Mycobacterium avium complex diatasi dengan terapi antiretroviral (ART). Ini tak hanya mengobati MAC, tetapi juga menjadi terapi untuk menyembuhkan HIV.
Terapi antiretroviral dimulai pada semua ODHA yang hamil dan menyusui, tanpa memandang stadium klinis WHO dan nilai CD4 dan dilanjutkan seumur hidup (sangat direkomendasikan, kualitas bukti sedang).
Baca juga: Mengenal Beda HIV dan AIDS
Kanker serviks invasif merupakan kanker yang dimulai dari leher rahim dan menyebar ke bagian lain dari tubuh. Diagnosis pasti kanker serviks invasif dilakukan dengan pemeriksaan histopatologi dengan biopsi.
Kanker serviks invasif biasanya ditandai dengan beberapa gejala berikut:
ODHA yang mengalami kanker serviks invasif harus segera mendapat penanganan sesegera mungkin karena dapat berakibat kematian.
Pilihan pengobatan kanker serviks invasif, antara lain pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi.
Pengobatan ini dapat memberi efek samping berupa infertilitas, menopause, hingga ketidaknyamanan atau nyeri dengan hubungan seksual.
Baca juga: Sejarah HIV/AIDS dari Masa ke Masa dan Asal-usulnya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.