KOMPAS.com - Olahraga atau latihan fisik secara berlebihan tanpa meluangkan waktu untuk istirahat dapat memberi dampak buruk dan menyebabkan kondisi yang disebut sebagai sindrom overtraining.
Latihan berlebihan dapat menyebabkan penurunan performa atletik hingga efek psikologis berupa perubahan suasana hati, gejala kecemasan, hingga depresi.
Baca juga: 5 Manfaat Pendinginan Setelah Olahraga yang Pantang Dilewatkan
Simak penjelasaan berikut untuk mengetahui apa itu sindrom overtraining, gejala, dan pencegahannya.
Dilansir dari Verywell Fit, sindrom overtraining adalah suatu kondisi saat seseorang merasa sangat lelah, kinerja menurun, perubahan suasana hati, gangguan tidur, dan masalah lain akibat terlalu banyak berolahraga dan kurang istirahat.
Overtraining atau latihan berlebihan adalah hal umum di kalangan atlet, terutama saat sedang menyiapkan kompetisi atau perlombaan olahraga.
Atlet sering berolahraga atau latihan lebih lama dan keras untuk mencapai performa terbaiknya.
Kendati demikian, olahraga atau latihan tanpa istirahat atau pemulihan yang cukup, latihan berlebihan justru bisa menjadi bumerang bagi mereka.
Terlalu banyak beban atau jadwal latihan memberi efek fisik dan psikologis bagi atlet atau binaragawan.
Untuk itu, diperlukan istirahat dan masa pemulihan, termasuk dengan hidrasi dan nutrisi yang tepat.
Baca juga: Manfaat dan Jenis Olahraga yang Cocok untuk Penderita Diabetes
Ada sejumlah gejala sindrom overtraining yang harus diwaspadai agar Anda tahu batas kemampuan fisik dan tidak lupa untuk beristirahat.
Beberapa gejala sindrom overtraining yang paling umum meliputi:
Atlet senior berisiko mengalami frustrasi dan ingin menyerah sebelum mencapai performa puncaknya akibat sindrom overtraining.
Sementara itu, atlet muda atau orang yang baru senang berolahraga bisa menjadi putus asa dan malas kembali workout.
Untuk itu, apabila mengenali atau merasakan gejala overtraining, segeralah berkonsultasi dengan trainer kebugaran Anda.
Baca juga: 5 Makanan Bergizi yang Sebaiknya Dikonsumsi Sebelum Olahraga
Setiap orang perlu menyiapkan beragam variasi latihan dan meluangkan wkatu untuk pemulihan agar tidak mengalami sindrom overtraining.
Selain itu, berikut beberapa cara mencegah sindrom overtraining yang perlu Anda ketahui:
Orang yang sedang berolahraga tak selalu merasakan hal-hal positif. Kadang kala, mereka pun merasa depresi, lelah, atau marah akibat latihan yang intensif.
Begitu Anda mulai merasakan perasaan negatif, segeralah berhenti dan luangkan waktu untuk pemulihan.
Anda juga perlu memantau detak jantung, baik ketika latihan maupun saat sedang istirahat.
Memantau detak jantung dapat dilakukan secara manual dengan mengukur denyut nadi selama 60 detik setelah bangun tidur atau menggunakan oximeter.
Orang yang rutin berolahraga wajib mencukupi kebutuhan nutrisinya dengan mengonsumsi makanan yang mengandung protein, karbohidrat.
Olahragawan juga perlu menjaga asupan air untuk mencegah dehidrasi.
Sulit untuk memprediksi apakah Anda berisiko melakukan olahraga berlebihan. Pasalnya, setiap orang merespons berbagai rutinitas latihan secara berbeda.
Untuk itu, melakukan pencegahan sindrom overtraining serta meluangkan waktu untuk beristirahat adalah hal yang tidak boleh dilewatkan para olahragawan.
Baca juga: Apa yang Terjadi Jika Kita Jarang Olahraga?