KOMPAS.com - Penyebab rabies perlu kita perhatikan di tengah kasusnya yang meningkat.
Pada Jumat (2/6/2023), Kementerian Kesehatan RI menyebut bahwa sudah terdapat 2 kabupaten di Indonesia yang memiliki status kejadian luar biasa (KLB) rabies tahun ini, yaitu Sikka dan Timor Tengah Selatan (TTS) di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Baca juga: Rabies: Gejala, Penyebab, Cara Mengobati, dan Cara Mencegah
Mengutip Antara, kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) di NTT mencapai 12.576 pada 2023.
Kasus GHPR di Sikka mencapai 518 dengan 1 kematian dari Januari hingga April 2023.
KLB rabies di NTT ini masih ditangani di tingkat lokal oleh pemerintah bersama masyarakat setempat.
Baca juga: Kenali Virus Rabies dan Penularannya
Merujuk Kementerian Kesehatan RI, saat ini ada 26 provinsi yang menjadi endemis rabies.
Sementara, hanya 11 provinsi yang bebas rabies, yaitu:
Beberapa pulau di Indonesia juga dinyatakan masih aman dari rabies, meliputi:
Baca juga: 7 Gejala Rabies pada Manusia yang Perlu Diwaspadai
Dalam tiga tahun terakhir (2020-April 2023), rata-rata kasus GHPR ada sebanyak 82.634 dengan kematian 68 orang per tahun.
Namun, kasus tertinggi dilaporkan pada 2022 yang mana jumlah kasus GHPR sebanyak 104.299 dengan 102 kematian.
Hingga April 2023, dilaporkan jumlah kasus GHPR 31.113 dengan 11 kematian.
Provinsi dengan kasus GHPR tertinggi, yaitu:
Baca juga: Tanda-tanda Rabies yang Harus Diwaspadai Setelah Digigit Anjing
Mengutip National Center for Biotechnology Information, rabies adalah salah satu penyakit tertua dalam sejarah manusia, yang kasusnya muncul sekitar 4.000 tahun lalu.
Untuk sebagian besar sejarah manusia, gigitan hewan rabies berakibat fatal.
Dulu, orang sangat takut dengan rabies, sehingga setelah digigit hewan yang berpotensi rabies, banyak yang bunuh diri.
Virus famili Rhabdoviridae adalah virus yang menjadi penyebab rabies.
Baca juga: Apa yang Terjadi pada Tubuh saat Terkena Rabies?
Virus tersebut paling sering menyebar melalui gigitan mamalia yang terinfeksi, termasuk yang peliharaan maupun liar.
Namun, penularan juga dapat terjadi dari air liur yang mengenai kulit atau selaput lendir yang luka. Misalnya, anjing rabies yang menjilat luka kaki Anda.
Infeksi rabies juga bisa terjadi melalui cara lainya, seperti:
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dr. Imran Pambudi, MPHM pada konferensi pers secara virtual mengatakan bahwa di Indonesia kasus rabies paling banyak disebabkan oleh gigitan anjing yang terinfeksi.
Baca juga: Serang Otak dan Saraf, Apakah Penyakit Rabies Bisa Sembuh?
“95 persen kasus rabies pada manusia didapatkan lewat gigitan anjing yang terinfeksi," kata dr. Imran pada Jumat (2/6/2023).
"Ada juga beragam hewan liar yang bertindak sebagai reservoir virus di berbagai benua seperti rubah, rakun, dan kelelawar," tambahnya.
Untuk kita bisa mengeliminasi rabies pada manusia, intervensi utamanya adalah memberi vaksinasi pada anjing.
Pasalnya, jika hewan pembawa rabies ini masih berkeliaran dan tidak terlindungi oleh vaksin maka masih bisa menularkan rabies ke manusia.
“Di daerah-daerah juga mereka mengadakan vaksin rabies sendiri seperti Bali," ucap dr. Imran.
"Mereka punya dana untuk membeli vaksin anti rabies tidak hanya mengandalkan dari pusat, bahkan di beberapa kabupaten di Bali juga punya anggaran untuk vaksin anti rabies, baik untuk hewan maupun untuk manusia,” lanjutnya.
Baca juga: Memahami Cara Kerja Vaksin Rabies dan Efek Sampingnya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.