Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2 Penyakit Ini Sering Bikin Jemaah Haji Lansia Dirawat di Tanah Suci

Kompas.com - 11/06/2023, 21:01 WIB
Mahardini Nur Afifah

Penulis

KOMPAS.com - Calon jemaah haji lansia atau lanjut usia diimbau untuk mewaspadai penyakit infeksi paru-paru dan gangguan pikun akut selama menunaikan ibadah rukun Islam kelima.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam di KKHI Makkah dr. Arfik Setyaningsih Sp.PD menyampaikan, jemaah haji lansia perlu lebih berhati-hati pada penyakit ini karena faktor kondisi daya tahan tubuh dan perubahan lingkungan.

“Jemaah haji lansia di Arab Saudi rentan terkena penyakit, seperti infeksi paru-paru dan gangguan pikun akut yang membuat jemaah dirawat di KKHI Makkah,” jelas Arfik, dilansir dari Sehatnegeriku (8/6/2023).

Kenali penyakit yang sering membuat jemaah haji lansia dirawat di RS berikut cara menjaga kesehatan selama menjalankan ibadah di Arab Saudi.

Baca juga: 5 Penyakit Akibat Cuaca Panas yang Perlu Diwaspadai Jemaah Haji

Penyakit yang sering membuat jemaah haji lansia dirawat di Tanah Suci

Dokter Arfik menyebutkan jemaah haji lansia yang sedang beribadah di Tanah Suci disarankan mewaspadai penyakit berikut ini:

Infeksi paru adalah penyakit yang paling sering membuat jemaah haji dirawat di KKIH Makkah.

“Jemaah haji lansia rentan terkena infeksi paru karena daya tahan tubuhnya menurun dipengaruhi penuaan, penyakit kronis, stres, kelelahan, dehidrasi, dan penyesuaian iklim,” kata Arfik.

Menurut Arfik, gejala infeksi paru pada lansia tidak spesifik berupa batuk karena masalah perubahan imunitas.

Gejala awal infeksi paru yang dirasakan berupa tidak nafsu makan, lemas, kurang energik, menyendiri, sering jatuh, kedinginan, gangguan kencing, nafas terasa berat, mudah lelah, mendadak lupa, bahkan penurunan kesadaran.

“Beberapa pasien lansia yang kami rawat tidak selalu batuk namun hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, pasien terkena infeksi paru-paru,” ucap Arfik.

Baca juga: Pentingnya Vaksin Meningitis Bagi Calon Jemaah Umrah dan Haji

  • Gangguan pikun akut

Selain infeksi paru, jemaah haji lansia juga banyak yang terkena gangguan pikun akut atau penurunan daya ingat secara mendadak padahal sebelumnya tidak mengalami masalah sejenis di Tanah Air.

Gejala gangguan pikun akut pada lansia bisa berupa gelisah, marah-marah hingga mengamuk, tersesat, gangguan tidur, ada juga yang menjadi pendiam dan menyendiri, serta kebingungan.

Lebih lanjut Arfik menjelaskan, gangguan pikun dikenal dengan istilah delirium. Jika kondisinya kronis atau berkepanjangan, penyakit ini dikenal dengan demensia.

“Biasanya penyakit ini sudah lama diidap pasien namun sering tidak dikenali gejalanya oleh keluarga maupun tenaga kesehatan. Perburukan kondisi dialami jemaah haji saat sudah tiba di Tanah Suci,” kata Arfik.

Menurut Arfik, penyebab pikun akut pada jemaah haji lansia umumnya karena gangguan penyesuaian karena perbedaan cuaca yang ekstrem, suasana pesawat terbang, hotel, masjid dan lingkungan di Tanah Suci.

Selain itu, kondisi ini juga bisa disebabkan tidak ada pendamping dari keluarga, gagal adaptasi dengan rombongan kloter, dehidrasi, gangguan elektrolit, infeksi, masalah nutrisi, penyakit kronis yang tidak terkontrol.

“Jemaah haji lansia yang mulai mengalami penurunan daya ingat, penting untuk selalu didampingi dan dimonitor tersendiri terkait kondisinya serta pemeriksaan dokter ahli,” tutur Arfik.

Baca juga: 5 Penyakit Menular yang Diwaspadai saat Pulang Haji dari Tanah Suci

Tips menjaga kesehatan untuk jemaah haji lansia

Dr. Arfik membagikan kiat bagi jemaah haji lansia agar tetap bugar dan bisa menjalankan ibadah haji dengan lancar, antara lain:

  • Istirahat cukup, minimal 8 sampai 9 jam dalam sehari
  • Hindari aktivitas fisik berlebihan dan jangan memaksakan diri, sesuaikan dengan kondisi tubuh dan kesehatan
  • Cukupi cairan dan cegah dehidrasi. Jangan tunggu haus, upayakan untuk minum setiap 15 menit sekali. PIlih jenis cairan yang tidak terlalu dingin agar tidak terjadi perubahan suhu tubuh ekstrem
  • Cukupi kebutuhan nutrisi harian. Pastikan asupan yang dikonsumsi sehari-hari terdiri atas protein, karbohidrat, lemak sehat, dan vitamin. Pilih makanan segar, bukan makanan instan dan mengandung bahan pengawet. Untuk jemaah haji dengan diabetes melitus, hindari berlebihan mengonsumsi kurma dan minuman manis
  • Upayakan untuk aktif bersosialisasi dengan lingkungan kloternya. Hal ini berguna untuk menghindari stres, cemas, berpikir positif, dan mencegah penurunan daya ingat
  • Untuk jemaah haji yang memiliki komorbid atau penyakit kronis dan harus mengonsumsi obat setiap hari, selalu bawa obat dan konsumsi secara tertib sesuai anjuran dokter
  • Selalu gunakan alat perlindungan diri dari cuaca panas seperti payung, topi, kacamata, tabir surya. Gunakan masker jika berada di keramaian, kecuali saat tawaf

“Jemaah haji lansia yang mengalami gangguan kesehatan, segera berkonsultasi dengan tenaga kesehatan kloter. Jangan mengabaikan gejala gangguan kesehatan sekecil apa pun,” pesan Arfik.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau