KOMPAS.com - Sebagian besar orangtua tentunya antusias dalam mengamati perkembangan dan pertumbuhan anaknya.
Tinggi badan si kecil menjadi hal yang tak pernah luput dari perhatian ayah dan bunda.
Hal itu mengingat kenaikan tinggi badan merupakan tolak ukur pertumbuhan serta perkembangan anak.
Baca juga: Mitos Semua Anak Pendek Stunting, Ini Faktanya...
Pertambahan tinggi badan dapat menunjukkan apakah si kecil tumbuh secara optimal atau justru mengalami stunting.
Artikel ini akan membahas mengenai apa itu stunting, penyebab, dan ciri-cirinya yang perlu diketahui orangtua.
Menurut WHO, stunting adalah kondisi yang ditandai dengan kurangnya tinggi bada anak jika dibandingkan dengan anak-anak seusianya atau kurang dari 2 standar deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO.
Tidak semua balita yang memiliki tubuh pendek dapat dikatakan stunting. Namun, ciri utama anak stunting yaitu bertubuh pendek atau kerdil.
Stunting dapat menyebabkan kerusakan fisik dan mental pada anak yang tidak dapat disembuhkan.
Kondisi ini membuat si kecil kekurangan kemampuan mental, kesulitan dalam belajar, hingga obesitas di masa depan.
Kebiasaan atau lalai dalam mengukur tinggi badan si kecil menyebabkan kejadian stunting terkadang tidak terdeteksi atau disadari.
Karena itu, orangtua perlu memantau tinggi atau panjang badannya si kecil sejak lahir.
Baca juga: 4 Upaya untuk Mendukung Penurunan Prevalensi Stunting di Indonesia
Disarikan dari Practo dan Oladoc, ada sekitar 6 penyebaab utama seorang anak mengalami stunting yaitu:
Untuk lebih memahami apa saja penyebab stunting, simak penjelasan berikut.
Saat hamil, wanita disarankan untuk mengonsumsi makanan adekuat dengan porsi yang pas untuk menjaga kondisi kesehatannya dan perkembangan janin.
Namun, tidak semua wanita dapat mengakses makanan bernutrisi selama mengandung. Hal ini lantas membuat perkembangan bayi kurang gizi.