"Tidak perlu mengubah nama organ genital itu dengan nama macam-macam. Tidak ada salahnya orangtua mengubah mindset bahwa nama-nama organ genital yang sebenarnya adalah kata baku, bukan kata-kata yang jorok," ucapnya.
Baca juga: 3 Tanda-tanda Kekerasan Seksual pada Anak yang Perlu Diwaspadai
Setelah sekolah dasar atau masuk masa praremaja, anak sudah bisa mulai diedukasi tentang fungsi organ genitalnya dan cara menjaga kebersihannya lebih detail.
Misalnya, orangtua bisa mengedukasi tentang adanya masa menstruasi pada anak perempuan dan mimpi basah pada anak laki-laki.
"Hal semacam itu sifatnya individualistik. Mungkin anak akan malu cerita ke teman, tapi biasanya dia lebih nyaman cerita ke temannya dari pada orangtuanya. Orangtua harus bisa membalikkan keadaan itu, karena kalau dia ngomong ke temannya, bisa blunder. Yang didapat bukan edukasi, tetapi hal-hal negatif," tuturnya.
Ketidakterbukaan orangtua tentang pendidikan seks pada anak, akan membuat pembicaraan terkait masalah organ genital itu menjadi tabu dan tidak nyaman. Padahal, orangtua adalah lembaga pendidikan pertama bagi anak-anaknya, termasuk pendidikan seks.
"Anak yang tidak nyaman dengan orangtuanya akhirnya akan mencari tahu sendiri. Kalau zaman dulu susah anak-anak untuk mencari tahu, tapi zaman sekarang gampangnya bukan main," ungkapnya.
Baca juga: Sebabkan Trauma Mendalam, Begini Cara Bantu Korban Kekerasan Seksual
"Itu bisa berbahaya karena rentan terkena paparan kekerasan seksual," lanjutnya.
Penyimpangan atau kekerasan seksual pada anak saat ini sangat beragam bentuknya, menurutnya orangtua bisa mudah terkecoh.
Itu karena tidak sedikit penyimpangan seksual yang disisipkan dalam konten anak, bisa dari ilustrasi gambar atau alur ceritanya.
"Saya rasa semua orang tua yang punya anak mungkin sudah dengar bahwa dari game-game kartun pun sudah dimasuki pengenalan (penyimpangan atau kekerasan seksual)," ungkapnya.
Menurutnya, pendidikan seks untuk anak sejak dini dari orangtua bisa menjadi cara mencegah anak terkena paparan penyimpangan dan kekerasan seksual seperti itu.
Baca juga: Tak Hanya Seks Penetrasi, Foreplay Juga Bisa Sebabkan Kehamilan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.