KOMPAS.com - Pendidikan seks bukan hal yang "jorok", anak-anak perlu mendapatkannya sejak usia dini.
Dr. Ardiansjah Dara Sjahruddin, SpOG, M.Kes mengatakan bahwa orangtua sekarang perlu mengubah pola pikir tentang pendidikan seks untuk anak.
"Rata-rata orangtua yang lahir antara tahun 70, 80, 90-an memiliki anggapan membicarakan soal seks pada anak tabu," kata dr. Ardiansjah kepada Kompas.com pada Rabu (13/7/2023).
Baca juga: Kenali Apa Itu Pendidikan Seks untuk Anak
Padahal, pendidikan seks untuk anak dimulai dari hal yang sederhana, seperti pengenalan nama organ genital pada pria dan wanita.
"Anak-anak itu pertama harus dikenalkan organ genital dengan penamaan yang sebenarnya. Vagina dan penis sebagai kata-kata yang baku, bukan kata-kata yang jorok," ujarnya.
Pendidikan itu dapat diberikan orangtua kepada anak sejak anak usia antara 3-4 tahun.
Baca juga: Apa Pentingnya Pendidikan Seks untuk Anak?
"Ketika anak usia 3-4 tahun, yang mana mereka mengerti ingin buang air kecil, sudah bisa mulai dikenalkan organ genital dengan nama sebenarnya. Itu sama seperti mereka dikenalkan tentang kepala, tangan, dan kaki," terangnya.
Mengutip Mayo Clinic, anak usia sekitar 3-4 tahun sudah menyadari bahwa laki-laki dan perempuan memiliki alat kelamin yang berbeda.
Baca juga: Ini Usia Ideal Anak Mulai Diberikan Pendidikan Seks
Dikutip dari Kementerian Kesehatan RI, seks memiliki arti jenis kelamin, yang berbeda antara pria dan wanita secara biologis.
Sehingga, pendidikan seks bisa memberikan informasi akurat kepada anak tentang identitas biologis antara pria dan wanita.
Novita Agustina, Ns, M.Kep, Sp.Kep. A dalam keterangannya di portal Kementerian Kesehatan RI, mengatakan bahwa pendidikan seks dapat ditanamkan sejak dini ketika anak mulai bertanya, misalnya "mengapa organ tubuh laki-laki berbeda dengan perempuan?".
Perlu orangtua ketahui bahwa pertanyaan yang berkaitan dengan seksualitas demikian wajar diajukan anak karena mereka melalui masa perkembangan psikoseksual.
Baca juga: Cara Memulai Pendidikan Seks pada Anak
Psikoseksual adalah istilah perkembangan manusia yang didasarkan pada gagasan akan seksualitas, menurut Simund Freud.
Mengutip buku "Bimbingan & Konseling di Taman Kanak-kanak" (2015) oleh Dr. Ahmad Susanto, M.Pd., tahap perkembangan psikoseksual yang dilalui anak terbagi menjadi 5 fase, yaitu:
Anak pada usia ini berfokus pada mulut untuk mendapatkan rasa nikmat.
Dua macam aktivitas oral di sini, yaitu menggigit dan menelan makanan.
Baca juga: 3 Tanda-tanda Kekerasan Seksual pada Anak yang Perlu Diwaspadai
Tahap ini dimulai berasamaan dengan anak dilatih menggunakan toilet untuk buang air kecil atau besar.
Pada tahap ini, orientasi kenikmatan berada pada area anal (anus). Mengeluarkan feses dari anus adalah hal yang membanggakan.
Ketika orang dewasa menghendaki anak mengeluarkan kotoran pada saat dan tempat yang tepat, menahannya juga menjadi kenikmatan bagi anak, karena memenuhi harapan orang dewasa di sekitarnya.
Pada tahap ini anak sudah mulai bisa menikmati sentuhan (rangsangan) pada alat kelaminnya.
Pada tahap phallic, fokus utama dari libido adalah pada alat kelamin.
Anak juga sudah mulai menemukan dan mempertanyakan perbedaan pria dan wanita.
Yang khas dari tahap ini ialah terjadinya oedipus complex, yaitu fase di mana anak laki-laki begitu mencintai ibunya dan merasa bahwa ayahnya adalah saingan.
Baca juga: Kekerasan dan Pelecehan Seksual Picu Tekanan Darah Tinggi pada Wanita
Tahap laten terjadi saat hasrat oedipal ditekan dan mereda. Ini terjadi sampai masa pubertas.
Tahap ini adalah saat eksplorasi di mana energi seksual tetap ada, tetapi diarahkan ke daerah lain, seperti pengejaran intelektual dan interaksi sosial.
Masa ini merupakan periode tertahannya dorongan-dorongan seks agresif. Selama masa ini, anak mengembangkan kemampuan bersublimasi, seperti mengerjakan tugas sekolah, olahraga, dan kegiatan lainnya.
Ini tahap akhir dari psikoseksual, yang terjadi sejak pubertas anak.
Pada tahap akhir perkembangan psikoseksual, individu mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis.
Di tahap awal fokusnya pada kebutuhan individu, kepentingan kesejahteraan orang lain tumbuh selama tahap ini.
Masing-masing tahap tersebur berhubungan dengan cara anak mengalami kenikmatan seksual, sehingga membutuhkan peran orangtua untuk memberikan edukasi.
Baca juga: 8 Infeksi Menular Seksual yang Sering Menyerang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.