Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta-fakta Covid-19 Varian Eris yang Perlu Diketahui

Kompas.com - 15/08/2023, 09:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Eris adalah sebutan untuk EG.5.1, turunan dari subvarian Omicron (B.1.1.529).

Varian baru Covid-19 ini masuk dalam garis keturunan EG.5 (E.G5#).

Varian ini belakangan menjadi perhatian karena menyebabkan lonjakan kasus Covid-19 di sejumlah wilayah di dunia.

Baca juga: Kenali Eris, Varian Omicron yang Tingkatkan Kasus Covid-19 di Inggris

Mengutip The Guardian pada Rabu (9/8/2023), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut bahwa prevalensi kasus Eris meningkat secara global.

Ada 51 negara yang telah melaporkan, termasuk China, Amerika Serikat, Korea Selatan, Jepang, Indonesia, Kanada, Australia, Singapura, Inggris, Perancis, Portugal, dan Spanyol.

Artikel ini akan menunjukkan fakta-fakta Covid-19 varian Eris yang perlu Anda ketahui untuk mawas diri.

Baca juga: 10 Gejala Eris, Varian Omicron Baru yang Perlu Diketahui

Lonjakan kasus Covid-19 Eris

Dilansir dari Times of India pada Jumat(11/8/2023), WHO menyebutkan bahwa dalam garis keturunan EG.5, subvarian EG.5.1 merupakan 88 persen dari urutan yang ada untuk EG.5 dan garis turunannya.

Hingga 7 Agustus, sebanyak 7.354 rangkaian EG.5 telah diserahkan ke Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) dari 51 negara.

Secara global prevalensi EG.5 terus meningkat. Pada minggu ke-29 epidemiologis, EG.5 menyumbang 17,4 persen kasus Covid-19 di seluruh dunia.

Contohnya di Inggris, varian Eris menyebabkan lonjakan kasus Covid-19 hampir 200.000 pada Juli, seperti yang dikutip dari The Independent pada Senin (7/8/2023).

Eris menjadi varian kedua terbanyak di Inggris yang menyebabkan infeksi Covid-19, setelah Arcturus.

Baca juga: Varian Covid-19 Eris Masuk Indonesia, Kenali Gejalanya

Covid-19 Eris masuk Indonesia

Varian Covid-19 Eris sudah masuk di Indonesia beberapa bulan lalu, sebelum menyebabkan lonjakan kasus di Inggris.

Pakar epidemiologi Griffith University Dicky Budiman mengatakan bahwa Covid-19 varian baru bernama "Eris" sudah cukup lama masuk di Indonesia.

"Data menunjukkan, EG.5.1 atau Eris sampel pertama itu paling awal tercatat di Jakarta, Indonesia, dan itu di awal-awal Maret," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com pada Senin (7/8/2023).

Dicky menerangkan, subvarain Omicron EG.5.1 tersebut sudah menyebar ke Asia, Eropa, dan Amerika Serikat, kurang lebih ada 36 negara.

Baca juga: Covid-19 Varian Eris Apakah Berbahaya? Ini Penjelasannya...

Varian yang diperhatikan WHO

Dikutip dari The Guardian pada Rabu (9/8/2023), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan, Eris atau EG.5 sebagai variant of interest.

Artinya, status Covid-19 Eris naik tingkat dalam klasifikasi mutasi virus yang sebelumnya dikategorikan sebagai sebagai dalam pemantauan (variant under monitoring/VUM).

Dikutip dari Times of India pada Jumat (11/8/2023), varian Eris awalnya diidentifikasi pada 17 Februari 2023 dan dikategorikan sebagai VUM pada 19 Juli.

Tingkat klasifikasi mutasi virus menurut WHO, dibagi menjadi variant of concern (VOC), variant of interest (VOI), dan variant under monitoring (VUM).

Baca juga: Kasus Covid-19 di AS Melonjak Lagi, Apa Penyebabnya?

Tingkat keparahan Covid-19 varian Eris

Pejabat WHO mengatakan bahwa varian baru Covid-19 ini tidak memberikan ancaman secara meluas di seluruh dunia.

"Berdasarkan bukti yang tersedia, risiko kesehatan masyarakat yang ditimbulkan oleh EG.5 dievaluasi sebagai rendah di tingkat global," kata pihak WHO, seperti yang dikutip dari The Guardian pada Rabu (9/8/2023).

Risiko dari Eris tampaknya setara dengan varian Covid-19 lainnya yang sudah beredar sebelumnya.

Sehingga, tidak ada ancaman khusus bagi kesahatan masyarakat dunia dibanding varian sebelumnya.

Baca juga: 19 Gejala Long Covid yang Perlu Diperhatikan Masyarakat

Christina Pagel, profesor riset operasional di University College London mengatakan, tidak ada bukti bahwa Covid-19 Eris menyebabkan penyakit yang lebih parah.

Namun, ia menambahkan bahwa varian Eris tidak menutup kemungkinan menyebabkan beberapa negara tetap akan mengalami lonjakan kasus Covid-19, peningkatan jumlah pasien rawat inap, dan Long Covid-19.

Pagel mencatat bahwa berkurangnya kekebalan baik dari vaksinasi atau infeksi sebelumnya dapat menjadi faktor terjadinya gelombang Covid-19 baru.

Ia memperkirakan, kemungkinan membutuhkan waktu lebih lama untuk gelombang Covid-19 yang baru tersebut mencapai puncaknya.

Baca juga: Protokol Kesehatan Baru untuk Transisi Endemi Covid-19

Gejala varian Eris

Dikutip dari Metro, gejala Covid-19 Eris mirip dengan varian Omicron sebelumnya.

Berikut macam gejala Covid-19 Eris, menurut The Zoe Health Study:

  • Sakit tenggorokan
  • Pilek
  • Hidung tersumbat
  • Bersin
  • Batuk tanpa dahak
  • Sakit kepala
  • Batuk berdahak
  • Suara serak
  • Sakit atau nyeri otot
  • Indra penciuman yang berubah

Gejala tradisional seperti sesak napas, kehilangan penciuman dan demam kini jauh lebih jarang.

Jika Anda mengalami gejala Covid-19 seperti di atas, Anda perlu periksa ke dokter untuk mendapatkan diagnosis yang pasti dan pengobatan segera.

Baca juga: WHO Rekomendasikan Vaksin Covid-19 Baru Fokus Targetkan Varian XBB

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com