Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Nipah Mewabah di India, Kenali Gejala dan Bahayanya

Kompas.com - 15/09/2023, 15:01 WIB
Agustin Tri Wardani,
Mahardini Nur Afifah

Tim Redaksi

Sumber CDC,WHO,,MDPI

KOMPAS.com - Virus nipah telah merenggut nyawa dua warga negara bagian Kerala, India. Tiga orang lainnya dinyatakan positif terinfeksi virus ini.

Dikutip dari Reuters (12/9/2023), salah satu pejabat dari Institut Virologi Nasional India menyebutkan, satu orang meninggal pada bulan ini dan satu orang meninggal pada akhir Agustus 2023. 

Penyakit ini telah mewabah kali keempat di Kerala sejak 2018. Kala itu, sebanyak 21 dari 23 orang yang terinfeksi virus ini meninggal dunia. Selanjutnya, pada 2019 dan 2021, virus ini juga merenggut dua nyawa lagi. 

Untuk meningkatkan kewaspadaan pada penyakit menular ini, kenali apa itu virus nipah, gejala, dan bahayanya yang perlu diwaspadai. 

Baca juga: 7 Jenis-jenis Virus yang Menular dan Kerap Menyerang Manusia

Apa itu virus nipah?

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), virus nipah adalah jenis virus zoonosis atau kuman yang dapat menular dari hewan ke manusia, atau menular melalui makanan yang terkontaminasi atau langsung antarmanusia.

Asal-usul virus ini kali pertama diidentifikasi pada 1999 saat terjadi wabah penyakit menyerang kalangan peternak babi di Malaysia dan Singapura. 

Selanjutnya, virus ini menyerang sejumlah warga di Bangladesh pada 2001. Sejak itu, wabah ini hampir setiap tahun menyerang negara setempat, serta teridentifikasi di India yang letaknya berdekatan dengan negara ini. 

Hewan inang atau pembawa virus nipah utamanya kelelawar pteropus dan beberapa spesies kelelawar lain. Inang pembawa nipah teridentifikasi di sejumlah negara, termasuk Kamboja, Ghana, Indonesia, Madagaskar, Filipina, dan Thailand.

 Baca juga: Kenali Apa itu Virus Marburg, Asal Usul, Gejala, dan Penularannya

Gejala virus nipah

Seseorang yang positif terinfeksi virus nipah akan mengalami gejala yang bervariasi. Menurut, Kementerian Kesehatan, berikut ini beberapa gejala virus nipah yang dapat muncul, di antaranya:

  • Demam
  • Sakit kepala
  • Nyeri otot
  • Muntah
  • Sakit tenggorokan
  • Pusing
  • Mudah mengantuk
  • Penurunan kesadaran dan tanda-tanda neurologis lain yang menunjukkan ensefalitis atau pembengkakan otak
  • Sesak napas untuk kasus infeksi virus nipah yang mengalami pneumonia atopik dan gangguan pernapasan berat.

Pada kasus infeksi gejala virus nipah berat, penderita bisa mengalami gangguan otak, kejang, dan berlanjut koma dalam waktu 24 jam sampai 48 jam hingga kematian.

Menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC), gejala virus nipah biasanya muncul dalam 4-14 hari setelah terpapar virus.

Penyakit ini kerap sulit terdeteksi, karena gejala awalnya mirip infeksi virus lain seperti  demam dan sakit kepala selama tiga sampai 14 hari.

Infeksi virus nipah termasuk penyakit berbahaya karena berpotensi menyebabkan kematian.

Baca juga: Mengenal Sejarah Virus Ebola dan Asal-usulnya

Bahaya virus nipah

Bahaya virus nipah dapat diidentifikasi melalui proses penularannya yang mudah antara satu individu ke individu lain, sehingga virus ini berpotensi menjadi pandemi.

Banyaknya variasi gejala penyakit yang bisa muncul, hingga banyaknya kasus kematian juga menjadi alasan yang menjadikan virus nipah berbahaya.

Mengutip MDPI Journals, sebagai inang alami virus nipas, kelelawar adalah pembawa penyakit tanpa gejala, namun mereka menyebarkan virus melalui air liur, urin, air mani, dan kotorannya.

Cara penularannya terjadi melalui kontak dengan ekskresi atau kotoan hewan yang terinfeksi, konsumsi buah yang terkontaminasi, atau kontak dekat dengan cairan tubuh manusia yang terinfeksi.

Pada kasus yang berada di Kerala, pasien yang pertama kali terinfeksi diyakini tertular virus nipas dari kelelawar buah yang terinfeksi.

Semua pasien lainnya tertular penyakit ini melalui penularan nosokomial (infeksi yang berkembang dan terjadi di lingkungan rumah sakit) sehingga frekuensi penularan dari orang ke orang di Kerala relatif tinggi.

Selain itu, beberapa riset juga menunjukkan bahwa seseorang bisa mengalami gejala infeksi virus ini ketika ia mengonsumsi daging hewan yang terinfeksi virus Nipah, khususnya yang dimasak kurang matang. 

Sebaga informasi, hingga saat ini belum ada laporan kasus konfirmasi penyakit virus nipah di Indonesia.

Akan tetapi, beberapa penelitian atau publikasi telah menemukan adanya temuan virus nipah pada kelelawar buah (genus Pteropus) pada beberapa negara termasuk Indonesia, sehingga ada baiknya kita melakukan pencegahan.

Baca juga: 10 Gejala Virus Marburg yang Mirip DBD dan Mematikan

Cara mencegah penularan virus nipah

Berikut beberapa cara pencegahan yang bisa dilakukan:

  1. Tidak mengonsumsi nira/aren langsung dari pohonnya karena kelelawar dapat mengontaminasi sadapan aren/nira pada malam hari. 
  2. Sebelum mengonsumsi buah, cuci & kupas buah secara menyeluruh
  3. Buang dan hindari buah yang ada tanda gigitan kelelawar
  4. Hindari kontak dengan hewan ternak (seperti babi, kuda) yang kemungkinan terinfeksi virus Nipah. 
  5. Bagi petugas pemotong hewan, sarung tangan dan pelindung diri harus digunakan sewaktu menyembelih atau memotong hewan yang terinfeksi virus Nipah.
  6. Konsumsi daging ternak secara matang
  7. Terapkan perilaku hidup bersih dan sehat

Setelah mengetahui penjelasan mengenai apa itu virus nipah, gejala, bahaya, serta pencegahannya. Anda harus tetap waspada dan selalu menjaga kebersihan dan keamanan saat berinteraksi dengan hewan yang berisiko terinfeksi virus nipah.

Baca juga: Sejarah HIV/AIDS dari Masa ke Masa dan Asal-usulnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com