KOMPAS.com - Jangan anggap enteng saat kita mendapati muncul benjolan di tubuh. Sebab, gejala awal kanker kelenjar getah bening bisa berupa pembesaran kelenjar getah bening di leher, ketiak, atau pangkal paha.
Kanker kelenjar getah bening disebut juga dengan kanker limfoma. Ada dua jenis limfoma, yaitu limfoma non Hodgkin yaitu adanya mutasi sel B pada sistem limfatik dan limfoma Hodgkin yang tidak ditemukan mutasi sel Reed-Sternberg.
Dijelaskan oleh Dr.Andika Rachman Sp.PD KHOM, selain benjolan, gejala kanker limfoma lain adalah demam lebih dari 38 derajat Celcius, berkeringat di malam hari, berat badan turun lebih dari 10 persen dalam 6 bulan, gatal-gatal, serta kelelahan luar biasa.
”Jangan menganggap enteng benjolan. Benjolan itu perlu didiagnostik sampai ketemu diagnosisnya apa. Apalagi kalau ada riwayat kanker dalam keluarga," kata dokter Andika dalam acara peringatan Hari Kesadaran Limfoma Sedunia 2023 yang digelar oleh Cancer Information Center (CISC) dan Takeda di Jakarta (15/9/2023).
Baca juga: Kelenjar Getah Bening Bengkak
Kanker limfoma Hodgkin umumnya menyebar bertahap melalui pembuluh getah bening. Pada stadium lanjut bisa menyebar melalui aliran darah ke organ vital seperti hati, paru-paru, dan sumsum tulang belakang meski sangat jarang.
Penyintas limfoma Hodgkin Intan Khasanah menceritakan pengalamannya menjalani terapi selama hampir 7 tahun untuk kanker limfoma stadium 4 yang menjangkitinya.
Pada 2018 setelah menjalani 26 kali kemoterapi, 70 kali radiasi, dan 5 kali operasi, Intan dinyatakan bebas atau remisi dari kanker.
Penyakitnya bermula di 2012, diawali dengan demam tinggi dan benjolan kecil di leher. “Awalnya terdiagnosis TBC,” ujar Intan.
Ia sempat menjalani pengobatan untuk TBC selama beberapa waktu, hingga akhirnya kondisinya kian memburuk.
Benjolan di lehernya makin membesar, disertai berbagai gejala lain. Dadanya
terasa sesak, dan Intan mengalami kelelahan yang teramat sangat. Benjolan kemudian dioperasi dan dibiopsi. Ditemukan bahwa Intan terkena limfoma Hodgkin stadium 4.
Baca juga: Sembuh dari Kanker Limfoma, Ari Lasso Rutin Kontrol
“Ketika diagnosis sudah benar dan tepat, penting untuk kita menuntaskan pengobatan. Sebisa mungkin kita upayakan untuk menyelesaikan pengobatan untuk hasil yang optimal,” ucap Intan.
Berdasarkan data Globocan (the Global Cancer Observatory) 2020, terdapat sekitar 16.000 kasus limfoma non Hodgkin baru di Indonesia, di mana hampir 10 ribu kasus meninggal dunia.
Sementara limfoma Hodgkin terdapat 1.188 kasus baru pada tahun 2020 menempati posisi 28 dengan kasus terbanyak.
Sebagian besar kasus limfoma Hodgkin menjangkiti usia muda (15 – 30 tahun) .
“Kasus limfoma Hodgkin banyak ditemukan di usia muda karena sistem imun belum terbentuk secara matang, sehingga mudah mengalami perubahan,” terang dr. Andika.