KOMPAS.com - Cacar monyet adalah infeksi virus yang ditularkan melalui binatang (zoonosis), seperti monyet dan hewat pengerat.
Virus monkeypox dari monyet atau hewat pengerat bisa menyebar melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau lesi kulit hewan yang terinfeksi, dan mengonsumsi daging hewan liar.
Baca juga: 6 Cara Penularan Cacar Monyet yang Perlu Diwaspadai
Sementara itu, penularan cacar monyet antar manusia terjadi akibat hubungan seks berisiko dan kontak fisik erat dengan penderita.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai penyakit ini, simak penjelasan tentan fakta cacar monyet berikut.
Berikut beberapa fakta tentang cacar monyet yang perlu Anda ketahui:
Meski kasusnya baru saja ditemukan di beberapa negara, termasuk Indonesia, cacar monyet bukanlah penyakit baru layaknya Covid-19.
Dilansir dari Healthline, dr. Bayo Curry-Winchell, direktur klinis di Carbon Health, menyatakan para ilmuwan menemukan virus monkeypox pada tahun 1958 pada sebuah penelitian di Denmark.
Sementara itu, kasus cacar monyet pada manusia pertama kali ditemukan pada 1970 di Republik Demokratik Kongo.
Sementara di Indonesia, kasus cacar monyet sudah ada sejak 7 tahun terakhir.
Baca juga: Apakah Penderita Cacar Monyet Perlu Obat Antivirus? Begini Kata Dokter
Ketika seseorang tertular cacar monyet, maka akan timbul beberapa gejala seperti demam atau kenaikan suhu tubuh hingga 38 derajat celsius atau lebih.
Demam juga sering disertai dengan sakit kepala hebat, nyeri otot, dan tubuh merasa kelelahan.
Gejala cacar monyet lainnya yaitu muncul ruam atau lesi pada kulit.
Ruam biasanya diawali dengan bintik merah seperti cacar, lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras atau menjadi keropeng lalu rontok.
Penyebaran cacar monyet terjadi karena kontak fisik seperti bersentuhan, berjabat tangan, berpelukan, dan berciuman.
Orang yang tidak sengaja terkena cairan air liur, dahak, atau droplets lain dari penderita juga berisiko tertular cacar monyet.