KOMPAS.com - Orang-orang dari segala usia dapat mengalami gangguan stres pascatrauma atau post-traumatic stres disorder (PTSD), bahkan anak kecil sekalipun.
Sebelum dilakukannya penelitian baru, PTSD pernah dianggap sebagai gangguan yang hanya dialami oleh para veteran dan pengungsi perang.
Baca juga: 4 Komplikasi PTSD, Bisa Gangguan Suasana Hati dan Kecemasan
Mengutip Healthy Children, anak-anak dapat mengembangkan PTSD sebagai respons terhadap trauma yang terjadi satu kali atau berulang kali, yang mengancam rasa keselamatan dan keamanan mereka.
Anak-anak yang hidup dengan PTSD sering kali kesulitan menjalankan aktivitas normal layaknya anak lainnya.
Faktanya, PTSD adalah kondisi serius yang mengubah hidup dan memerlukan perawatan medis.
Artikel ini akan mengulas lebih lanjut PTSD pada anak untuk para orang tua dapat waspada.
Baca juga: Penyebab Orang Bisa Mengalami PTSD yang Perlu Diketahui
Sebelum membahas tanda-tanda PTSD, ada baiknya untuk memahami tentang pengertian gangguan mental satu ini.
Dikutip dari Kids Health, PTSD adalah gangguan kesehatan mental yang disebabkan oleh trauma.
Seorang anak mungkin didiagnosis menderita PTSD, jika pernah mengalami trauma dan menunjukkan gejala stres parah yang berlangsung lama setelah peristiwa traumatis terjadi.
Trauma adalah respons emosional terhadap sesuatu yang membuat seseorang merasa takut akan keselamatan nyawanya.
Baca juga: 23 Tanda-tanda PTSD yang Harus Diperhatikan
Peristiwa traumatis yang dapat memicu gangguan stres pascatrauma antara lain:
Peristiwa traumatis bagi anak-anak tidak harus dialami sendiri oleh diri mereka. Rasa trauma bisa tumbuh dari apa yang mereka lihat atau dengar saja.
Misalnya, anak yang menyaksikan seseorang terluka dan meninggal. Bisa juga, anak yang mendengarkan suara seseorang yang mendapatkan serangan kekerasan.
Hal-hal tersebut bisa membekas menjadi trauma bagi anak. Trauma berat bisa memicu bekembangnya PTSD pada anak.
PTSD berkembang ketika trauma melebihi kemampuan anak untuk mengatasinya.