Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upaya Mengatasi Stunting Perlu Fokus pada Pencegahan

Kompas.com - 07/02/2024, 13:30 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Pemerintah telah menjadikan upaya pengentasan stunting menjadi prioritas nasional dengan target penurunan 14 persen di tahun 2024.

Sementara berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, angka stunting masih sebesar 21,6 persen.

Upaya penanganan stunting seharusnya lebih fokus pada pencegahan. Sebab, jika sudah terlanjur stunting akan sulit diobati.

"Kalau hanya masalah tinggi badan mungkin masih bisa dikoreksi. Tapi sunting juga berkaitan dengan kognitif atau kecerdasan. Anak yang stunting biasanya produktivitasnya akan turun dan penyakitnya lebih banyak," papar dr.Boy Abidin Sp.OG dalam acara media gathering yang diadakan oleh Darya Varia di Jakarta (6/2/2024).

Stunting terjadi karena kekurangan gizi kronik yang dimulai sejak masa pembuahan. Anak stunting akan memiliki postur yang pendek dan mengalami gagal tumbuh kembang yang berdampak pada penurunan kecerdasan dan sistem kekebalan tubuh.

Baca juga: Cek Kesehatan Pranikah untuk Cegah Anak Stunting

Itu sebabnya program pencegahan stunting harus lebih didorong. Mulai dari persiapan kehamilan, masa kehamilan, usia bayi sampai anak berusia dua tahun.

"Bicara stunting tidak setelah bayi lahir, tapi sejak dalam kandungan, bahkan sebelum terjadi pembuahan kondisi sel telur dan sel sperma harus bagus," papar dr.Boy.

Dari kiri ke kanan: dr.Boy Abidin Sp.OG, Presdir PT.Darya Varia Ian Kloer, dan Corporate Secretary Widya Tobing dalam acara media gathering program Generasi Sehat Bebas Stunting di Jakarta (6/2/2024).Dok Darya Varia Dari kiri ke kanan: dr.Boy Abidin Sp.OG, Presdir PT.Darya Varia Ian Kloer, dan Corporate Secretary Widya Tobing dalam acara media gathering program Generasi Sehat Bebas Stunting di Jakarta (6/2/2024).

Ia memaparkan beberapa penyebab bayi lahir stunting; mulai dari berat badan ibu yang tidak bertambah selama kehamilan, kurangnya akses pelayanan kesehatan, sanitasi yang buruk, tidak mendapat ASI eksklusif dan MPASI mengandung gizi, serta bayi menderita penyakit yang mengganggu penyerapan nutrisi.

Beberapa intervensi yang bisa dilakukan pada calon ibu antara lain pemeriksaan kehamilan secara rutin ke bidan atau dokter, konsumsi tablet tambah darah pada remaja putri dan ibu hamil, dan pemberian makanan tambahan pada ibu hamil dengan kurang energi kronik.

Baca juga: Kenapa Ibu Hamil Bisa Kekurangan Zat Besi? Berikut Penjelasan Dokter

Sementara itu pada bayi bisa dilakukan pemantauan tumbuh kembang bayi dan balita, pemberian ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI tinggi protein hewani, peningkatan cakupan imunisasi, serta edukasi kesehatan dan seks untuk remaja dan pasangan yang akan menikah.

Berhasil turunkan angka stunting

Upaya-upaya intervensi yang berkelanjutan terbukti berhasil menurunkan angka stunting sampai 80 persen di Desa Cibatok II, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Melalui program Generasi Sehat Bebas Stunting yang dilakukan PT. Darya Varia Laboratories sejak tahun 2018, jumlah anak stunting yang semula ada 68 anak kini berhasil ditekan hanya 13 anak.

"Kami sudah memiliki roadmap program yang dijalankan sejak tahun 2018. Dimulai dari edukasi duta kader, bekerja sama dengan ibu-ibu posyandu dan PKK, hingga pembangunan infrasturktur kesehatan," kata Presiden Direktur PT.Darya Varia Ian Kloer.

Menurutnya, masalah stunting bukan hanya masalah fisik, tapi juga sosial dan ekonomi.

Baca juga: Apa Bedanya Stunting dan Gizi Buruk? Ini Penjelasannya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau