Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
RILIS BIZ

Memahami Prinsip Penanganan Pasien Diabetes

Kompas.com - 15/02/2024, 15:52 WIB
Erlangga Satya Darmawan,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Pertumbuhan penyakit diabetes, khususnya di wilayah Cileungsi, Jawa Barat cukup tinggi.

Jika melihat dari kasus-kasus yang terjadi pada layanan kesehatan di RS MH Thamrin Cileungsi member of Radjak Hospital Group atau juga dikenal sebagai Radjak Hospital Cileungsi, jumlah pasien dengan keluhan diabetes cukup tinggi.

Sebagai pelaku layanan kesehatan yang melayani pasien dengan diabetes, Dokter Spesialis Diabetes Radjak Hospital Cileungsi dr fc Puspita Hapsari Spd, mengatakan, layanan kesehatan untuk pasien diabetes tidak cukup hanya pemeriksaan saja.

Pelayanan konsultasi dan terapi medis, juga mendapatkan konseling terkait gizi, menjadi satu kesatuan yang utuh dalam mengedukasi pasien. Para pasien membutuhkan edukasi mengenai pola hidup sehat, pola makan, dan memahami komplikasinya, baik akut maupun kronis.

“Jadi, konseling yang dilakukan bertahap tidak serta-merta semua informasi (bisa didapatkan) dalam satu kunjungan. Nantinya, dalam setiap kunjungan per bulannya, pasien diabetes mendapatkan edukasi sesuai dengan kondisinya,” ujar dr Puspita, dalam keterangan yang diterima Kompas.com, Kamis (15/2/2024).

Lebih jauh, dia memaparkan, konseling dilakukan bersamaan dengan sesi konsultasi dengan dokter.

Dengan adanya layanan Centre of Excellence yang dihadirkan, pihaknya berharap, ada seksi khusus untuk dilaksanakannya konseling bagian gizi dan edukasi.

“Terkait hal lain, bagaimana untuk menjalani tes gula darah mandiri, kemudian bagaimana pasien ini mendapat edukasi terkait komplikasi seperti hipoglikemik, dan komplikasi lainnya (juga diperlukan),” katanya.

Dalam kesempatan tersebut, dr Puspita menjelaskan, prinsip penanganan pasien diabetes mencakup empat pilar.

Pertama, edukasi. Artinya, pasien memiliki pengetahuan yang cukup terhadap penyakitnya beserta hal-hal yang berkaitan dengan diabetesnya.

Kedua, aktivitas fisik. Kita juga meminta pasien dengan aktivitas yang cukup, yakni 150 menit per minggu. Ketiga, yang termasuk dalam pilar penanganan diabetes adalah diet. Bagaimana pasien mengerti dan bagaimana mempraktikkan pola diet yang diajurkan untuk pasien diabetes? Keempat, terapi obat. Obat ini adalah salah satu bagian dari penanganan diabetes agar pasien bisa mendapatkan gula darah yang terkontrol. Jika ditanya apakah pasien perlu mengonsumsi obat seumur hidup atau tidak? Itu tergantung dari kondisi pasien. Ada pasien yang gulanya terkendali. Mereka cukup mengatur diet dan makan. Akan tetapi, banyak pasien yang membutuhkan obat untuk mengendalikan gula darahnya,” jelasnya.

Ia memahami bahwa sebagian besar pasien memiliki kekhawatiran terkait mengonsumsi obat dalam jangka panjang. 

“Konsumsi obat bagi pasien diabetes akan disesuaikan dengan indikasinya. Selain itu, pasien juga perlu dilakukan pemantauan terkait efek samping yang muncul untuk meminimalisasi efek samping yang terjadi,” katanya.

Terkait komplikasi yang perlu diwaspadai, dr Puspita menegaskan, penyakit diabetes menyerang seluruh organ, mulai dari mata, jantung, komplikasi ginjal, pembuluh darah tepi, berwujud sebagai luka—dengan yang paling sering muncul di area kaki—, hingga saraf.

“Ciri khusus komplikasi ada beberapa gejala yang nampak, seperti komplikasi ke mata. Jadi, pasien bisa mengalami penurunan fungsi penglihatan. Ada juga komplikasi ke ginjal. Sayangnya, komplikasi ini kerap muncul tanpa gejala saat tahap awal dan membuat pasien abai. Padahal, ini yang harus diwaspadai. Itulah pentingnya pasien memantau secara rutin fungsi ginjalnya. Jangan sampai, baru tahu ketika kondisinya memburuk,” ujarnya.

Karenanya, ia menyarankan pasien untuk rutin berobat dan berkonsultasi dengan dokter agar penyakit yang dikenal sebagai silent killer tersebut dapat terkontrol.

”Diabetes bukanlah penyakit yang tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa dikendalikan. Itu pentingnya untuk kontrol teratur tiap bulan supaya dapat dipantau,” lanjutnya.

Gejala kebas

Sementara itu, sebagai penyakit yang merusak jaringan tubuh, diabetes kerap dihubungkan dengan gejala kebas atau rasa baal di tangan atau kaki seseorang. Istilah lain dalam dunia kedokteran adalah neuropati.

Dokter Spesialis Saraf Radjak Hospital Cileungsi dr Oki Lestari SpS menjelaskan bahwa penyebab dari neuropati atau ba’al pada tangan tak selalu disesbkan kadar gula darah. Pada wanita, misalnya, kondisi baal bisa terjadi karena kekurangan vitamin B12.

“Makanya, seseorang yang terkena baal atau kebas tanpa rasa nyeri, seperti terbakar atau terkena cabai, sering kali disarankan dokter untuk mengonsumsi vitamin B12 disertai kacang hijau,” katanya.

Dokter Oki menjelaskan, biasanya gejala diabetes pada tahap awal menyerang saraf.

“Pada penderita diabetes, dua sampai tiga tahun awal yang terserang biasanya telapak tangan atau telapak kaki. Jadi, penderitanya seperti tidak nyaman memakai sandal, tidak nyaman menginjak lantai, menginjak tanah, atau pasir,” terangnya.

Pada penderita yang tidak sadar memiliki diabetes, dr Oki menyarankan mereka untuk kontrol teratur ke dokter untuk mengetahui kadar gula darah.

“Apabila (benar mengalami) diabetes, seseorang sudah perlu waspada. Apalagi jika sudah terkena neuropati atau kebas yang mana pasien harus menjalani pola hidup sehat, seperti menggunakan sandal dan sepatu yang tepat, tidak berduri dan tidak terbuat dari kayu,” ujarnya.

Jika ingin olahraga, ia juga menyarankan penderita untuk memakai alas kaki.

“Banyak yang bilang bahwa olahraga yang baik dengan kaki telanjang. Justru, itu bisa salah besar. Hal tersebut menjadi penyebab kerusakan saraf," ujarnya.

Seperti diketahui, Radjak Hospital Cileungsi membentuk Centre of Excellence untuk perawatan diabetes.

RS tersebut melakukan kolaborasi yang melibatkan dokter spesialis, yaitu dokter penyakit dalam, saraf, jantung, mata, dan dokter bedah, untuk melakukan perawatan penyakit diabetes. Dengan begitu, pasien akan mendapatkan konseling, baik gizi, edukasi, terkait diabetes, dan komplikasinya, secara komprehensif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com