Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Waode Fifin Ervina
Dosen

Dosen Magister Imunologi, Sekolah Pascasarjana, Universitas Airlangga

Puasa Sehat Memanfaatkan Bakteri Baik di Usus

Kompas.com - 22/03/2024, 16:37 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SAAT memasuki bulan Ramadhan, umat Muslim wajib menjalankan ibadah puasa satu bulan lamanya. Bulan puasa menyebabkan jam makan berubah, dari biasanya sarapan pagi, makan siang, dan makan malam, menjadi makan sahur (subuh), berbuka puasa (magrib), dan makan malam.

Hal ini tidak menyebabkan perubahan yang signifikan bagi tubuh asalkan jenis makanan yang dikonsumsi bergizi.

Salah satu manfaat dari puasa, yaitu tubuh melakukan detoksifikasi atau pembersihan sistem pencernaan sehingga membuang racun dalam tubuh dan menyerap asupan nutrisi yang adekuat.

Asupan nutrisi yang adekuat sangat erat kaitannya dengan jumlah dan jenis mikrobiota usus. Dari segi kedokteran, manfaat berpuasa menyebabkan “sel apoptosis”, yaitu program kematian sel sehingga menstimulasi produksi sel baru, ini menyebabkan tubuh menjadi sehat, terlihat segar, dan tidak mudah sakit.

Mikrobiota usus merupakan komunitas dari beragam spesies seperti bakteri, jamur, dan virus yang ada di seluruh permukaan mukosa manusia.

Tulisan kali ini akan spesifik membahas pengaruh asupan makanan dengan bakteri usus dalam meningkatkan sistem imun sehingga berpuasa menjadi lebih sehat.

Jumlah dan jenis bakteri usus ini bergantung pada makanan yang kita konsumsi. Misalnya, mengonsumsi makanan tinggi serat seperti sayuran dan buah yang lebih populer dengan istilah “Mediterranean diet” akan meningkatkan fungsi dan jumlah bakteri baik di usus.

Sebaliknya jika mengonsumsi makanan tinggi lemak seperti daging dan tinggi gula yang lebih populer dengan istilah “Western diet” akan meningkatkan fungsi dan jumlah bakteri jahat di usus.

Keseimbangan antara bakteri baik dan bakteri jahat di usus akan menentukan status kesehatan tubuh.

Paradigma di dunia kesehatan yang saat ini sedang berkembang adalah sehat dan sakitnya tubuh ditentukan oleh keseimbangan bakteri usus.

Bakteri baik sangat erat kaitannya dengan asupan nutrisi yang masuk dalam tubuh, karena nutrisi tersebut bisa meningkatkan bakteri baik dalam mengatur kerja sistem imun.

Hal ini penting, karena saat berpuasa tubuh memerlukan sistem imun atau daya tahan tubuh yang kuat agar tidak mudah terkena penyakit.

Sumber nutrisi yang adekuat untuk meningkatkan kerja bakteri baik dapat diperoleh dari makanan tinggi serat seperti sayur-sayuran dan buah-buahan dengan tidak membatasi jenis dan jumlah sayur dan buah yang dikonsumsi.

Contoh menu sahur, buka puasa, dan makan malam yang dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri baik di usus kemudian implikasinya dalam meningkatkan sistem imun sebagai berikut:

  • Saat sahur: komposisi karbohidrat 30 persen, protein 20 persen, serat 50 persen.
  • Saat berbuka puasa: komposisi karbohidrat 10 persen, protein 10 persen, serat 80 persen.
  • Saat makan malam: komposisi karbohidrat 30 persen, protein 20 persen, serat 50 persen.

Dari komposisi di atas terlihat bahwa serat jumlahnya lebih banyak dibanding karbohidrat dan protein. Sehingga diharapkan ketika berpuasa asupan nutrisi yang masuk dalam tubuh akan diproses untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau