KOMPAS.com - Serangan jantung merupakan salah satu penyakit yang banyak menyebabkan kematian.
Merujuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari empat dari lima kematian akibat penyakit kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) disebabkan oleh serangan jantung dan stroke.
Baca juga: Tanda-tanda Serangan Jantung akan Muncul
Penyakit kardiovaskular adalah penyebab utama kematian secara global, merenggut sekitar 17,9 juta nyawa setiap tahunnya.
Menurut yang dikutip dari Sehat Negeriku, di Indonesia terdapat peningkatan prevalensi serangan jantung pada usia kurang dari 40 tahun sebanyak 2 persen setiap tahunnya, dari tahun 2000 sampai 2016.
Hal itu sebagai akibat dari peningkatan prevalensi obesitas darah tinggi merokok dan kolesterol tinggi di usia muda.
Berikut dalam artikel ini akan menjelaskan apa yang bisa menyebabkan serangan jantung pada orang tua maupun anak muda.
Baca juga: Perbedaan Henti Jantung dan Serangan Jantung yang Perlu Diketahui
Mengutip Mayo Clinic, serangan jantung terjadi ketika aliran darah ke jantung sangat kurang atau tersumbat.
Penyumbatan tersebut biasanya disebabkan oleh penumpukan lemak, kolesterol, dan zat lain di arteri jantung (koroner).
Endapan lemak yang mengandung kolesterol disebut plak. Proses penumpukan plak disebut aterosklerosis.
Lantas, apa saja yang bisa menjadi penyebab serangan jantung berikut penjelasannya:
Penyakit arteri koroner menyebabkan sebagian besar serangan jantung.
Pada penyakit arteri koroner, satu atau lebih arteri jantung (koroner) tersumbat.
Serangan jantung dapat disebabkan oleh penyumbatan total atau sebagian pada arteri jantung (koroner).
Penyumbatan biasanya disebabkan oleh timbunan kolesterol yang disebut plak. Plak dapat mempersempit arteri sehingga mengurangi aliran darah ke jantung.
Jika plak pecah, dapat menyebabkan penggumpalan darah di jantung.
Baca juga: 8 Tanda-tanda Serangan Jantung yang Harus Diwaspadai
Nama lain kejang arteri koroner adalah angina Prinzmetal, angina vasospastik, atau angina varian.
Kejang arteri koroner adalah tekanan parah pada pembuluh darah yang tidak tersumbat.
Di sini terjadi penyempitan arteri yang cepat dan tiba-tiba yang membawa darah ke jantung.
Covid-19 dan infeksi virus lainnya dapat menyebabkan kerusakan pada otot jantung yang pada gilirannya serangan jantung bisa terjadi.
Diseksi spontan arteri koroner (spontaneous coronary artery dissection/SCAD)
Kondisi yang mengancam jiwa ini disebabkan oleh robekan di dalam arteri jantung.
Baca juga: Risiko Kematian Penderita Serangan Jantung Menurut Peneliti
Ada juga faktor risiko penyebab serangan jantung yang meliputi berikut:
Pria berusia 45 tahun ke atas dan wanita berusia 55 tahun ke atas lebih mungkin terkena serangan jantung dibandingkan pria dan wanita yang lebih muda.
Ini termasuk merokok dan paparan asap rokok dalam jangka panjang. Sehingga jika Anda merokok, disarankan untuk berhenti.
Seiring waktu, tekanan darah tinggi dapat merusak arteri yang menuju ke jantung.
Tekanan darah tinggi biasanya terjadi bersamaan dengan kondisi lain, seperti obesitas, kolesterol tinggi, atau diabetes, semakin meningkatkan risikonya.
Kolesterol jahat atau low density lipoprotein (LDL) dalam kadar tinggi kemungkinan besar akan mempersempit arteri.
Tingginya kadar lemak darah tertentu yang disebut trigliserida juga meningkatkan risiko serangan jantung.
Risiko serangan jantung Anda mungkin turun, jika kadar kolesterol baik atau high density lipoprotein (HDL) berada dalam kisaran standar.
Baca juga: 8 Cara Mengobati Serangan Jantung yang Perlu Diketahui
Obesitas dikaitkan dengan tekanan darah tinggi, diabetes, trigliserida dan kolesterol jahat tinggi, serta rendahnya kadar kolesterol baik.
Gula darah meningkat ketika tubuh tidak membuat hormon yang disebut insulin atau tidak dapat menggunakannya dengan benar.
Gula darah tinggi meningkatkan risiko serangan jantung.
Ini merupakan kombinasi dari setidaknya tiga hal, yang meliputi obesitas sentral (pinggang membesar), tekanan darah tinggi, kolesterol baik rendah, trigliserida tinggi, dan gula darah tinggi.
Memiliki sindrom metabolik membuat Anda dua kali lebih mungkin terkena penyakit jantung dibandingkan, jika Anda tidak mengidapnya.
Baca juga: 5 Cara Mencegah Serangan Jantung yang Perlu Diperhatikan
Jika saudara laki-laki, saudara perempuan, orang tua, atau kakek-nenek Anda mengalami serangan jantung dini (pada usia 55 tahun untuk pria dan pada usia 65 tahun untuk wanita), Anda mungkin berisiko lebih tinggi.
Kurangnya aktivitas fisik (gaya hidup sedentary) dikaitkan dengan risiko serangan jantung yang lebih tinggi. Olahraga teratur meningkatkan kesehatan jantung.
Pola makan tinggi gula, lemak hewani, makanan olahan, lemak trans, dan garam merupakan faktor risiko tinggi penyebab serangan jantung.
Makan banyak buah-buahan, sayuran, serat, dan minyak sehat disarankan untuk menggantikan pola makan tidak sehat.
Baca juga: Tanda-tanda Serangan Jantung pada Anak yang Harus Diwaspadai
Stres emosional, seperti kemarahan yang ekstrem, juga dapat meningkatkan risiko serangan jantung.
Kokain dan amfetamin adalah stimulan. Itu semua dapat memicu kejang arteri koroner yang dapat menjadi penyebab serangan jantung.
Riwayat preeklampsia
Kondisi inilah yang menyebabkan tekanan darah tinggi saat hamil. Ini meningkatkan risiko penyakit jantung seumur hidup.
Memiliki kondisi seperti rheumatoid arthritis atau lupus dapat meningkatkan risiko serangan jantung.
Jika penyebab serangan jantung tidak diatasi dengan benar, komplikasi penyakit bisa terjadi.
Komplikasi serangan jantung seringkali disebabkan oleh kerusakan otot jantung.
Daripada mengobati, sangat penting untuk mencegah serangan jantung dengan menghindari penyebab yang ada dalam kontrol Anda.
Baca juga: 7 Kebiasaan Sepele yang Bisa Sebabkan Serangan Jantung
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.