Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Faktor Risiko Terjadinya Sepsis? Ini Penjelasannya...

Kompas.com - 29/04/2024, 10:30 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Sepsis bisa menyerang siapa saja, tetapi orang dengan kondisi tertentu memiliki risiko lebih besar.

Mengutip Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sepsis adalah kondisi serius yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi ekstrem terhadap suatu infeksi.

Reaksi tubuh ini menyebabkan kerusakan pada jaringan dan organ sendiri.

Baca juga: Syok Sepsis Jadi Penyebab Fajri Pria Obesitas 300 Kg Meninggal Dunia

Tanda-tanda sepsis yang umum termasuk demam, detak jantung cepat, pernapasan cepat, kebingungan, dan nyeri tubuh.

Hal ini dapat menyebabkan syok septik, kegagalan banyak organ, dan kematian.

Dalam laporan ilmiah pada 2017, terdapat 48,9 juta kasus dan 11 juta kematian terkait sepsis di seluruh dunia, yang mencakup hampir 20 persen dari seluruh kematian global.

Penyebab sepsis biasanya adalah infeksi bakteri, tetapi bisa juga disebabkan oleh infeksi lain, seperti virus, parasit, atau jamur.

Selain itu, ada faktor risiko sepsis yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca juga: Kenali Apa Itu Syok Sepsis dan Penyebabnya

Apakah faktor risiko terjadinya sepsis?

Dikutipd ari Everyday Health, berikut enam faktor risiko sepsis:

  • Mengalami kondisi kronis

Sakit kritis atau pernah didiagnosis menderita masalah medis lainnya merupakan salah satu faktor risiko sepsis.

Faktanya, sepsis lebih sering terjadi pada orang yang memiliki berbagai masalah kesehatan, seperti kanker, tekanan darah tinggi (hipertensi), diabetes, penyakit ginjal, dan HIV atau AIDS.

Hubungan antara penyakit kronis dan sepsis berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh.

Penyakit yang berlangsung terus-menerus dan berlangsung lama dapat memberikan terlalu banyak tekanan pada tubuh karena melemahkan sistem kekebalan tubuh dan mempersulit tubuh untuk membangun pertahanan terhadap infeksi.

  • Usia

Usia adalah faktor risiko lain untuk sepsis. Meskipun sepsis dapat terjadi pada siapa saja, penyakit ini umum terjadi pada orang-orang lanjut usia.

Sebab, memang ada hubungan antara usia dan penyakit kronis, seperti hipertensi, penyakit paru obstruksi kronis (PPOK), gagal jantung kongestif, diabetes, dan obesitas.

Bayi juga memiliki risiko tinggi karena sistem kekebalan tubuh mereka yang lebih lemah, terutama anak-anak di bawah usia 1 tahun.

Baca juga: Tanda-tanda Syok Sepsis yang Harus Diwaspadai

  • Perawatan di Intensive Care Unit (ICU)

ICU adalah unit yang menyediakan perawatan bagi pasien yang sakit kritis. Sebagian besar pasien ICU mendapatkan pengobatan dengan invus, di mana selang dipaksa melewati penghalang kulit (sistem kekebalan tubuh terluar).

Metode pengobatan ini memungkinkan masuknya bakteri yang sering kali resisten terhadap obat.

Jadi, meskipun mekanisme invasif seperti kateter dan selang pernapasan dapat memberikan perawatan yang menyelamatkan jiwa, mekanisme tersebut juga menjadi pintu masuk bakteri ke dalam tubuh.

  • Resistensi antibiotik

Dalam beberapa kasus, antibiotik yang diresepkan tidak efektif bekerja dan masalah kesehatan berkembang menjadi sepsis.

Antibiotik gagal bekerja dengan baik ada berbaga alasannya. Salah satunya adalah obat ini tidak dikonsumsi sampai habis.

Hal ini berbahaya karena penghentian konsumsi antibiotik lebih awal dapat menyebabkan infeksi berulang.

Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa menghentikan pengobatan lebih awal memicu resistensi antibiotik pada tubuh.

Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri berubah dan tidak lagi merespons antibiotik tertentu, sehingga memungkinkan infeksi berkembang menjadi sepsis.

Baca juga: Jangan Abaikan Sepsis, Ini Gejala dan Komplikasinya yang Bisa Berakibat Fatal

  • Kehamilan

Sepsis juga ditemukan pada wanita hamil karena sistem kekebalan tubuh sedikit menurun, meskipun hal ini jarang terjadi saat ini.

Sepsis dapat terjadi saat itu masih hamil atau dalam beberapa minggu setelah melahirkan.

Beberapa wanita mengalami sepsis akibat infeksi yang tidak berhubungan dengan kehamilannya, seperti pneumonia atau infeksi saluran kemih (ISK).

Risiko sepsis pada wanita hamil bisa disebabkan oleh komplikasi seperti keguguran, operasi caesar, aborsi yang tidak steril, dan persalinan yang lama.

  • Mengabaikan infeksi

Sepsis juga lebih mungkin terjadi pada orang yang mengabaikan tanda-tanda peringatan infeksi, apa pun jenisnya.

Beberapa orang menunda untuk periksa ke dokter ketika merasa sakit karena berpikir gejalanya bisa diobati sendiri di rumah.

Meskipun beberapa penyakit dapat diobati sendiri di rumah, infeksi sering kali memerlukan pengobatan untuk menghindari komplikasi.

Tanda-tanda infeksi berbeda-beda tergantung jenisnya. Misalnya, infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nyeri saat buang air kecil, kencing berdarah, dan nyeri panggul.

Pada infeksi kulit, gejalanya bisa meliputi pembengkakan, abses, dan muncul ruam dengan rasa nyeri.

Baca juga: Kenali Apa Itu Sepsis, Penyebab, dan Gejalanya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau