KOMPAS.com - Beberapa atlet olimpiade, termasuk pelari maraton Abdi Nageeye, menggunakan alat baru yang diharapkan bisa mendongkrak performa mereka, yaitu monitor kecil yang menempel di kulit untuk melacak level gula darah.
Alat pemantau glukosa kontinu (continuous glucose monitors/CGMs) sebenarnya dikembangkan untuk pasien diabetes.
Namun, pembuat gadget tersebut, yaitu Abbott dan Dexcom juga melirik peluang penggunaan alat dalam bidang olahraga dan kesehatan.
Olimpiade Paris yang akan dimulai pada 26 Juli adalah kesempatan untuk menunjukkan teknologi ini, meski saat ini belum ada bukti kuat bahwa pemakaian gadget tersebut bisa meningkatkan performa atletik.
"Saya yakin CGMs akan dipakai secara luas di luar bidang diabetes," kata Chief Operating Officer Dexcom, Jacob Leach, kepada Reuters.
Ia menyebutkan, pasien diabetes tetap menjadi fokus penjualan gadget, tetapi Dexcom juga bekerja sama dengan peneliti untuk penggunaan di masa depan demi mengoptimalkan performa atletik. Tetapi Leach enggan membocorkan detailnya.
Baca juga: Bukan Penderita Diabetes tapi Gula Darah Tinggi, Perlukah Khawatir?
Gadget CGMs merupakan alat seperti plester seukuran koin yang terkoneksi ke ponsel lewat bluetooth sebagai pengganti pengambilan sampel darah lewat tusukan jari. Hasil bacaan tersebut akan menentukan apakah pengguna gadget butuh tambahan insulin.
Saat ini penjualan CGMs secara global sudah mencapai miliaran dollar karena tingginya permintaan dari pasien diabetes.
Di tahun 2020 Abbott telah mengenalkan produk CGMs untuk pasar Eropa. Alat ini dipasarkan khusus untuk atlet atau pemula penggemar olahraga yang tidak diabetes. Perusahaan ini juga mensponsopri pelari maraton Kenya, Eliud Kipchoge dan timnya sejak 2021.
Para atlet elit dan staf pendukungnya menggunakan gadget diabetes ini untuk mengoptimalkan asupan kalori dan intensitas latihan selama persiapan pertandingan.
Pelari maraton asal Belanda, Nageeye yang memenangkan medali perak di Olimpiade Tokyo, mengatakan ia dan pelatihnya memonitor glukosa sebagai indikator ketersediaan energi tubuh. Tindakan ini menjadi bagian dari perjuangannya menjadi "pelari yang lancar dan nyaman" tanpa usaha berlebihan.
Baca juga: Kenapa Jarak Lari Maraton 42 Km?
Pemakaian CGMs juga memandu Nageeye yang akan bertanding di Paris, untuk memiliki pola tidur dan makan yang tepat sehingga ia hanya memakai energi minimal selama latihan.
"Itu adalah energi kita, bahan bakar tubuh. Kita harus memonitornya," ujarnya.
Sementara itu, perenang Australia Chelsea Hodges, yang menang medali emas di Olimipade Tokyo, mengatakan CGMs membantunya mengatasi serangan kelelahan ekstrem dan pusing selama latihan daya tahan dengan melakukan penyesuaian pada asupan kalori dan waktu latihannya.
Butuh penelitian