Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapan Sembelit pada Anak Perlu Dikhawatirkan?

Kompas.com - 20/07/2024, 18:00 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Sembelit alias konstipasi termasuk masalah pencernaan yang sering dialami oleh anak. Kondisi ini membuat anak tidak bisa mengeluarkan tinja secara sempurna.

Frekuensi buang air besar (BAB) yang teratur sesuai usia dan makanan yang dikonsumsi memang menjadi salah satu indikator kesehatan anak. Namun, pada bayi yang mendapat ASI eksklusif, frekuensi BAB-nya memang lebih sedikit.

“Apabila jenis makanan yang dikonsumsi anak adalah full ASI dan anak BAB hanya satu kali dalam seminggu, maka kondisi tersebut normal," jelas Medical Executive PT Kalbe Farma Tbk, dr. Elda Panggabean dalam Live Instagram @ptkalbefarmatbk.

Selain itu, menurut dr.Elda bisa juga dilihat dari mood, karena anak kecil sulit untuk menjelaskan kondisi kesehatan yang dialami. Biasanya, jika terjadi masalah dengan kondisi pencernaannya, mood anak akan berantakan, seperti rewel, nangis, hingga sulit makan.

Baca juga: Gejala dan Penyebab Konstipasi pada Anak, Orangtua Perlu Tahu

Konstipasi yang sering dialami anak pada umumnya adalah konstipasi fungsional yang tidak disebabkan karena kelainan organ. Hampir 60 persen kasus konstipasi pada anak adalah jenis ini.

"Penyebabnya bisa jadi mungkin anaknya memiliki kebiasaan menahan buang air besar, terutama sering terjadi pada anak pra-sekolah yang menjalani belajar toilet training," papar dr.Elda.

Sementara itu konstipasi organik merupakan kondisi sembelit yang disebabkan karena kelainan pada organ, misalnya penyakit saraf atau parkinson.

Seberapa jarang BAB

Menurut dr.Elda, konstipasi memang perlu mendapat perhatian karena bila dibiarkan bisa menyebabkan ambeien. Meski demikian orangtua tidak usah panik. Yang pertama dilakukan adalah memperhatikan frekuensi seberapa jarang anak BAB.

"Definisi konstipasi pada anak sampai dengan usia 4 tahun, yaitu frekuensi BAB kurang dari 3 kali dalam seminggu. Tanda kedua, disertai dengan rasa nyeri, kadang-kadang anak merasa sakit ketika ngeden bahkan komplikasinya dapat terjadi sobekan di sekitar anus atau fisura ani," ujarnya.

Baca juga: Anak Susah BAB? Ketahui Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Tanda lain adalah apakah ada sesuatu di feses anak, misalnya serat, lendir, atau sesuatu lainnya.

Pada kasus konstipasi fungsional, orangtua bisa membantu agar anak mendapat cairan dan serat yang cukup dari makanannya.

Menurut dr.Elda, konsumsi probiotik juga dianjurkan untuk menjaga keseimbangan bakteri baik di saluran pencernaan.

"Probiotik juga bisa membantu memperbaiki kasus alergi, eksim, asma, rinitis alergi," katanya.

Orangtua juga dapat mengajarkan toilet training pada anak untuk membentuk kebiasaan berhajat, misalnya pada pagi setelah sarapan atau siang hari.

Latihan ini bisa diajarkan mulai anak usia 18 bulan. Caranya adalah meminta anak duduk sekitar 3-5 menit di toilet. Pada awalnya anak tidak ditargetkan untuk berhajat, karena hal itu malah akan membuat stres si anak, yang penting adalah anak bisa duduk dulu sebentar, dan dilakukan secara teratur setiap hari.

Baca juga: Bagaimana Cara Mengobati Diare pada Anak? Ini Penjelasannya…

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau