KOMPAS.com - Kesadaran akan pentingnya kesehatan mental memang sudah meningkat, namun stigma tabu belum hilang. Stigma atau prasangka dan diskriminasi ini berdampak negatif terhadap harga diri dan kepercayaan diri seseorang.
Beberapa stigma negatif yang masih dipercaya masyarakat antara lain depresi disebabkan karena kurang iman dan kurang bersyukur, orang dengan gangguan mental bertanggung jawab atas penyakit mereka, dan sebagainya.
Stigma yang sulit dihilangkan ini disebabkan karena rendahnya kesadaran terhadap isu-isu kesehatan mental di masyarakat.
Kondisi tersebut tentu harus diubah. Stigma negatif bisa membuat orang dengan gangguan mental merasa malu, menyalahkan diri sendiri, putus asa, dan enggan mencari serta menerima bantuan.
Baca juga: Hari Kesehatan Mental Sedunia 2024, Psikolog: Terima Kekurangan Jadi Bagian dari Diri Kita
Untuk mengurangi stigma negatif, Halodoc, ekosistem layanan kesehatan digital, menghadirkan kampanye #PejuangMental. Lewat kampanye ini diharapkan lebih banyak masyarakat yang mengalami indikasi gangguan mental dapat mencari bantuan penanganan psikolog.
Chief of Medical Halodoc dr.Irwan Heriyanto, mengatakan saat ini wadah untuk berbagi cerita dan mendapatkan bantuan layanan kesehatan menta secara cepat, nyaman, dan aman, makin menjadi kebutuhan.
"Kampanye #PejuangMental merupakan bentuk komitmen kami dalam memberikan ruang bagi semua orang untuk didengar dan menjadi upaya kami dalam mengedukasi masyarakat untuk tidak swamedikasi (self-diagnose), namun dapat mencari bantuan dengan berkonsultasi dengan psikolog maupun psikiater,” katanya dalam keterangan pers.
Seiring meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan mental, menurut Irwan, Halodoc juga mencatat peningkatan konsultasi kesehatan mental rata-rata 23 persen setiap tahunnya. Sebagian besar keluhan dalam konsultasi tersebut, yakni terkait gangguan kecemasan, depresi, dan konseling hubungan.
Meskipun demikian, ternyata hanya 12,7 persen dari penduduk (berusia 15 tahun ke atas) dengan depresi yang mendapatkan pengobatan.
Baca juga: Mendorong Skrining Kesehatan Jiwa lewat Media Sosial
Rendahnya persentase penderita depresi yang menjalani pengobatan di Indonesia dipengaruhi oleh keterbatasan jumlah psikiater dan psikolog klinis. Saat ini, 1 psikiater melayani 250.000 penduduk, sementara 1 psikolog klinis melayani 90.000 penduduk, jauh dari standar WHO yang merekomendasikan 1:30.000.
"Layanan kesehatan mental Halodoc dapat menjadi solusi untuk menghubungkan lebih banyak psikiater dan psikolog klinis kepada masyarakat," ujarnya.
Ketua II Pengurus Pusat Ikatan Psikolog Klinis Indonesia Ratih Ibrahim, mengatakan mendukung kampanye #PejuangMental.
"Sebagai organisasi yang menaungi psikolog klinis, kami juga senang dapat bekerja sama dengan Halodoc dalam menghubungkan psikolog klinis yang berkompeten secara lebih dekat dengan masyarakat tanpa terbatas aspek geografis,” kata Ratih.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya