Selain ketiga faktor utama tersebut, orang tanpa diabetes bisa mengalami hiperglikemia, jika memiliki salah satu kondisi berikut:
Orang tanpa diabetes yang mengalami sindrom Cushing akan berisiko memiliki kadar gula darah yang sangat tinggi.
Hiperglikemia terjadi karena sindrom Cushing sering kali mengalami peningkatan kadar kortisol, yang dapat mengganggu insulin dan menyebabkan resistensi insulin.
Resistensi insulin menjadi faktor risiko kadar gula darah tinggi hingga menyebabkan diabetes.
Penyakit pankreas seperti pankreatitis, kanker pankreas, dan fibrosis kistik dapat menyebabkan hiperglikemia akibat kerusakan sel pankreas.
Padahal, sel pankreas berperan untuk memproduksi insulin, hormon yang berfungsi mengontrol kadar gula darah.
Baca juga: 4 Cara Cegah Hiperglikemia untuk Penderita Diabetes
Orang dengan PCOS sering mengalami ketidakseimbangan hormon, termasuk peningkatan testosteron dan insulin.
Produksi insulin yang berlebihan akan menyebabkan resistensi insulin, yang memicu hiperglikemia.
Stres fisik akibat cedera atau luka bakar dapat menjadi penyebab hiperglikemia karena kadar gula darah bisa meningkat dengan mengubah metabolisme glukosa.
Selain itu, stres fisik ini juga memicu pelepasan protein inflamasi yang disebut sitokin yang meningkatkan resistensi insulin.
Tubuh juga akan mengalami stres setelah operasi.
Stres ini menyebabkan peningkatan sitokin dan hormon yang meningkatkan produksi glukosa di hati dan menghambat kemampuan insulin untuk menurunkan gula darah.
Hiperglikemia akibat stres dapat terjadi pada infeksi seperti pneumonia atau infeksi saluran kemih.
Kadar kortisol yang meningkat selama infeksi menghalangi kemampuan insulin untuk menurunkan gula darah, sehingga menyebabkan hiperglikemia.
Baca juga: Adakah Obat Alami untuk Menurunkan Gula Darah Tinggi? Ini Ulasannya...
Obat-obatan tertentu memiliki efek samping meningkatkan kadar gula darah tinggi, seperti obat vasopresor yang meliputi tacrolimus, cyclosporine, dan kortikosteroid.