Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyakit Jantung Rematik: Ancaman Tersembunyi yang Perlu Diwaspadai

Kompas.com - 22/11/2024, 20:00 WIB
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta

Penulis

KOMPAS.com - Mungkin banyak yang mengenal istilah rematik sebagai penyakit yang menyerang sendi. Namun, ada bentuk lain dari rematik yang lebih berbahaya, yakni penyakit jantung rematik (PJR), yang menyebabkan banyak kematian setiap tahunnya, terutama di negara-negara berkembang.

Berbeda dengan rematik yang menyerang sendi, penyakit ini merusak katup jantung, yang berfungsi mengatur aliran darah dalam tubuh.

Baca juga: Dokter: Bayi Lahir Biru, Waspada Penyakit Jantung

Apa itu penyakit jantung rematik?

Dilansir dari Yankes Kemenkes, penyakit jantung rematik adalah komplikasi dari demam rematik akut, yang disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus pyogenes, kelompok bakteri yang sama penyebab radang tenggorokan.

Jika infeksi ini tidak diobati dengan baik, dalam waktu sekitar tiga minggu bisa muncul gejala demam rematik akut.

Bagi sebagian orang yang rentan, infeksi ini memicu reaksi peradangan autoimun yang menyerang katup jantung, menyebabkan kerusakan permanen.

Katup jantung yang rusak, terutama katup mitral (di sisi kiri jantung), bisa mengganggu aliran darah, yang berujung pada masalah serius seperti gagal jantung.

Pada tahap lanjut, kerusakan katup bisa menyebabkan gangguan berat pada fungsi jantung, bahkan kematian.

Penyakit jantung rematik banyak terjadi di negara berkembang

Prevalensi penyakit jantung rematik di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, jauh lebih tinggi dibandingkan negara maju.

Di negara-negara dengan angka kasus tinggi, seperti di Indonesia, Afrika Sub-Sahara, Timur Tengah, dan Pasifik-Oseania, terdapat sekitar 444 kasus per 100 ribu penduduk.

Sementara itu, di negara maju, angka ini hanya sekitar 3,4 kasus per 100 ribu penduduk.

Secara global, diperkirakan lebih dari 40 juta orang mengidap PJR, dengan angka kematian mencapai sekitar 300 ribu jiwa per tahun.

Salah satu faktor yang membuat negara-negara berkembang lebih rentan adalah kondisi sosial dan ekonomi yang buruk, seperti kemiskinan, tempat tinggal yang tidak layak, dan kurangnya akses ke layanan kesehatan.

Baca juga: RS Harapan Kita Sukses Operasi Jantung Robotik Pertama di Indonesia

Gejala penyakit jantung rematik

Penyakit jantung rematik biasanya dimulai dengan gejala demam rematik akut, yang meliputi:

  • Demam tinggi
  • Nyeri sendi, terutama di lutut, siku, dan lengan yang berpindah-pindah
  • Gerakan tubuh yang tidak terkendali
  • Benjolan kecil yang tidak nyeri di sekitar persendian
  • Ruam kulit kemerahan dengan bagian tengah yang kosong

Namun, gejala penyakit jantung rematik baru muncul bertahun-tahun setelah infeksi awal. Gejala yang sering dilaporkan oleh pasien PJR meliputi:

  • Nyeri dada
  • Sesak napas, terutama saat berbaring atau beraktivitas
  • Pembengkakan pada perut, tangan, atau kaki
  • Fatigue atau kelelahan berlebihan
  • Irama jantung yang tidak teratur atau cepat

Jika tidak ditangani dengan baik, PJR bisa menyebabkan karditis, yaitu peradangan pada bagian jantung, baik di selaput jantung (perikardium), otot jantung, maupun katup jantung.

Pengobatan dan pencegahan penyakit jantung rematik

Sayangnya, kerusakan yang disebabkan oleh PJR bersifat permanen. Terapi yang dilakukan biasanya meliputi tindakan bedah untuk mengganti atau memperbaiki katup jantung yang rusak. Selain itu, obat-obatan diberikan untuk mengatasi gejala seperti gagal jantung dan gangguan irama jantung.

Namun, pengobatan yang terbatas menjadikan pencegahan sebagai langkah yang paling efektif. Pencegahan penyakit jantung rematik dimulai sejak fase demam rematik akut dengan pemberian antibiotik yang tepat, seperti penisilin, untuk mengatasi infeksi tenggorokan.

Jika sudah terjadi demam rematik, pemberian antibiotik jangka panjang, seperti benzatin-penisilin G, dapat mencegah infeksi berulang yang berisiko menyebabkan kerusakan jantung.

Pencegahan juga mencakup upaya untuk mengurangi faktor risiko sosial dan ekonomi, seperti kemiskinan dan kondisi tempat tinggal yang tidak sehat.

Baca juga: Kenali Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner di Usia Muda

Selain itu, akses kesehatan yang lebih baik di daerah rawan sangat diperlukan untuk memastikan penanganan yang tepat dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

Pencegahan PJR bukan hanya tanggung jawab tenaga medis, tetapi juga memerlukan komitmen dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan masyarakat.

Di banyak negara berkembang, pasien PJR sering terdiagnosis pada stadium lanjut, ketika kerusakan katup sudah parah. Di fase ini, selain memerlukan pengobatan yang lebih kompleks, pasien juga membutuhkan akses ke fasilitas kesehatan untuk kontrol rutin.

Oleh karena itu, kesadaran masyarakat dan peran serta stakeholder terkait sangat penting untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan akibat penyakit ini.

Upaya ini tidak hanya melibatkan tenaga medis, tetapi juga perlu didukung oleh kebijakan pemerintah yang fokus pada perbaikan standar hidup dan akses kesehatan di daerah-daerah rawan.

Dengan penanganan yang tepat dan upaya pencegahan yang lebih masif, kita berharap angka penyakit jantung rematik di Indonesia dapat menurun, dan kualitas hidup penderita bisa meningkat.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau