KOMPAS.com - Sejak Covid-19 merebak, para pemimpin negara, pakar penyakit menular, dan masyarakat umum sering memperdebatkan asal-usulnya. Akhirnya, muncul dua hipotesis utama: apakah virus tersebut melompat dari hewan ke manusia di pasar basah di Wuhan, kota tempat penyakit ini pertama kali muncul, atau apakah virus tersebut bocor dari laboratorium di China, kemungkinan dari Institut Virologi Wuhan.
Kebenarannya masih belum diketahui. Namun, pada 25 Januari 2025, Badan Intelijen Pusat (CIA) Amerika Serikat memberikan pernyataan kepada wartawan bahwa virus tersebut "lebih mungkin" berasal dari laboratorium daripada dari reservoir alami seperti kelelawar atau hewan lain di pasar Wuhan.
Kesimpulan ini tidak berdasarkan bukti baru, melainkan analisis ulang terhadap data yang sudah ada. Badan intelijen tersebut memiliki “tingkat keyakinan rendah” terhadap temuan ini, yang menunjukkan bahwa analisis tersebut didasarkan pada data yang tidak lengkap.
Oleh karena itu, CIA menyatakan bahwa mereka akan “terus mengevaluasi laporan intelijen baru yang kredibel atau informasi sumber terbuka yang dapat mengubah penilaian CIA.”
Baca juga: Virus HMPV Mirip Flu dan Covid-19, Begini Gejala dan Cara Penularannya
Meskipun sudah melakukan upaya mengurangi ketidakpastian, pengumuman itu merupakan pukulan telak bagi China, yang telah lama bersikeras bahwa laboratorium Wuhan tidak bertanggung jawab.
Menanggapi kesimpulan baru CIA, pemerintah Tiongkok menegaskan kembali posisi itu. "Penelusuran asal-usul adalah masalah sains dan penilaian apa pun tentangnya harus dibuat dengan semangat berbasis sains dan oleh para ilmuwan. Sangat tidak mungkin pandemi itu disebabkan oleh kebocoran laboratorium," kata juru bicara kementerian luar negeri Mao Ning dalam sebuah konferensi pers.
"AS harus segera berhenti mempolitisasi dan menjadikan penelusuran asal-usul sebagai senjata, dan berhenti menjadikan pihak lain sebagai kambing hitam.," tegasnya.
Latar belakang politik
Hanya sehari sebelum pernyataan CIA, direkturnya yang baru dilantik, John Ratcliffe, mengisyaratkan bahwa posisi baru tentang asal-usul COVID-19 akan segera diambil.
"Salah satu hal yang sering saya bicarakan adalah mengatasi ancaman dari China di sejumlah bidang, dan itu kembali ke mengapa satu juta orang Amerika meninggal dan mengapa CIA telah duduk di pinggir lapangan selama lima tahun tanpa membuat penilaian tentang asal-usul COVID," katanya dalam sebuah wawancara dengan Breitbart News.
Baca juga: Apa Fungsi WHO dan Mengapa Trump Menarik Keanggotaan
Pendekatan bertentangan terhadap Beijing tersebut merupakan pendekatan yang konsisten bagi Ratcliffe, yang menjabat sebagai Direktur CIA selama masa jabatan pertama Presiden Donald Trump.
“Kebocoran laboratorium adalah satu-satunya teori yang didukung oleh sains, intelijen, dan akal sehat,” katanya pada tahun 2023.
Menurut laporan New York Times, kesimpulan baru mengenai asal-usul virus Covid-19 sebenarnya sudah dicapai selama hari-hari terakhir pemerintahan Biden, di bawah pimpinan CIA saat itu, William Burns, dan kini Ratcliffe memerintahkan agar temuan itu dibuka dan dirilis.
Debat panas
Baca juga: Hasto Akhirnya Bersuara terkait Kasus Harun Masiku: Ini Kepentingan Politik Kekuasaan
Di awal pandemi, tepatnya pada tahun 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencapai kesimpulan yang berbeda. Bekerja sama dengan ahli epidemiologi China, mereka melakukan tinjauan ekstensif tentang kemungkinan asal-usul virus COVID-19 dan melihat penularan alami dari hewan inang ke manusia sebagai jalur yang paling mungkin.
Kontaminasi rantai dingin pasokan makanan dengan virus yang menumpang pada makanan yang didinginkan di suatu tempat dalam jalur produksi dan pengiriman juga dipertimbangkan. Teori kebocoran laboratorium tidak banyak mendapat perhatian.
“Penularan melalui insiden laboratorium dianggap sebagai jalur yang sangat tidak mungkin,” demikian simpulan laporan tersebut.
Baca juga: 5 Tahun Pandemi Covid-19, WHO Desak China Bagikan Data
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Mao Ning mengutip temuan tersebut dalam konferensi persnya pada tanggal 27 Januari 2025, yang menggambarkannya sebagai "kesimpulan resmi yang dicapai oleh para ahli dari misi gabungan WHO-Tiongkok berdasarkan ilmu pengetahuan setelah kunjungan lapangan mereka ke laboratorium di Wuhan dan komunikasi mendalam dengan para peneliti."
Namun, ini bukanlah kata terakhir. Ilmuwan dari AS dan negara lain tidak memiliki peran dalam penelitian itu, dan dilakukan saat pandemi masih memanas, dengan banyak hal tentang virus itu masih belum diketahui.
Pada tahun 2023, Departemen Energi AS (DOE) mencapai kesimpulan yang mirip dengan kesimpulan CIA yang baru: bahwa kebocoran laboratorium bertanggung jawab atas pandemi, meskipun itu juga dapat dikatakan hanya dengan "keyakinan rendah."
Pada tahun yang sama, mantan Direktur FBI Christopher Wray menggemakan kesimpulan DOE, meskipun agak lebih meyakinkan, mengatakan kepada Fox News, "FBI telah lama menilai bahwa asal mula pandemi kemungkinan besar adalah potensi insiden laboratorium di Wuhan."
Pada saat itu Kementerian Luar Negeri China juga menyerang balik. "Dengan mengulang teori kebocoran laboratorium, AS tidak akan berhasil mendiskreditkan Tiongkok, dan sebaliknya, hal itu hanya akan merusak kredibilitasnya sendiri," ujar Mao Ning.
Baca juga: Takut Berlebihan pada Virus HMPV Cerminkan Dampak Pandemi
Perbedaan pendapat yang meluas
Masalah dengan posisi kebocoran laboratorium adalah bahwa AS tidak pernah memiliki akses ke laboratorium Wuhan dan dengan demikian tidak dapat mencapai jawaban yang pasti selama lebih dari lima tahun.
Sekarang setelah CIA akhirnya sampai pada kesimpulan, tidak semua ilmuwan yakin dengan apa yang telah dilaporkan, melihat hasilnya sebagai sumber yang tidak ilmiah.
Baca juga: Kisruh Lagu ‘Bilang Saja’, Agnez Mo Ungkap Siapa yang Selama Ini Membayar Royalti Lagunya
Dari kalangan ilmuwan, pendapat itu juga disampaikan dekan sekolah kedokteran Baylor College of Medicine, Dr.Peter Hotez.
“Kami memiliki setidaknya setengah lusin makalah ilmiah di jurnal ilmiah terbaik, termasuk Cell dan Science, yang secara meyakinkan menunjukkan bagaimana virus SARS-2 muncul melalui penularan zoonosis,” katanya dalam email kepada TIME.
“Sebaliknya, saya belum melihat satu pun makalah ilmiah yang diterbitkan tentang kebocoran laboratorium, bahkan tidak ada penjelasan ilmiah yang serius [tentang] bagaimana hal itu bisa terjadi mengingat bukti ilmiah yang ada hingga saat ini. Jadi saya tidak mengerti bagaimana CIA sampai pada kesimpulannya.”
Baca juga: Baru Didatangi 2024, Keenan Nasution Pencipta Lagu Nuansa Bening Tolak Rp 50 Juta dari Vidi Aldiano
Perdebatan ini lebih dari sekadar perdebatan akademis. Jika virus memang menyebar di pasar basah Wuhan, tujuh juta kematian di seluruh dunia yang diakibatkannya menjadi alasan kuat untuk mengatur interaksi kita dengan ekosistem secara lebih baik, seperti di pasar makanan luar ruangan.
Sebaliknya, jika pandemi adalah hasil dari apa yang terjadi di laboratorium, maka China, Amerika Serikat, dan negara lain yang melakukan rekayasa biologis seperti itu sangat membutuhkan pengawasan lebih untuk membuat laboratorium ini lebih aman.
Seperti yang telah diperdebatkan para ilmuwan selama bertahun-tahun, kedua tindakan pencegahan itu diperlukan—tidak peduli bagaimana Covid-19 berasal.
Baca juga: HMPV Tidak Berpotensi Pandemi, Risiko Fatal Lebih Rendah dari Covid-19
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.