Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konsumsi Parasetamol Selama Kehamilan Berisiko ADHD pada Bayi

Kompas.com - 18/02/2025, 10:33 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

 

KOMPAS.com - Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas atau ADHD merupakan salah satu gangguan tumbuh kembang pada anak yang belum diketahui dengan jelas penyebabnya. Sejumlah temuan penelitian menemukan kaitan antara obat pereda nyeri yang bisa memengaruhi perkembangan otak janin.

Dalam studi terbaru para ahli menyebutkan, anak-anak yang ibunya menggunakan parasetamol, juga dikenal sebagai acetaminophen, selama kehamilan lebih mungkin mengalami ADHD dibandingkan anak-anak yang ibunya tidak menggunakan parasetamol.

Penelitian sebelumnya mengenai parasetamol dan kondisi perkembangan saraf memberikan temuan yang bertentangan. Misalnya, sebuah penelitian tahun 2019 yang melibatkan lebih dari 4.700 anak-anak dan ibu mereka, mengaitkan penggunaan obat pereda nyeri saat hamil dengan risiko 20 persen lebih besar terhadap ADHD pada anak.

Namun, analisis yang diterbitkan tahun lalu terhadap hampir 2,5 juta anak tidak menunjukkan hubungan seperti itu ketika membandingkan saudara kandung yang terpapar atau tidak terpapar parasetamol sebelum lahir.

Baca juga: Sejumlah Efek Samping Terlalu Sering Mengonsumsi Parasetamol

Salah satu permasalahannya adalah sebagian besar penelitian ini bergantung pada penggunaan obat yang dilaporkan sendiri oleh responden studi. Ini dianggap sebagai  keterbatasan yang signifikan, mengingat orang mungkin tidak ingat pernah mengonsumsi parasetamol saat hamil. 

“Banyak orang mengonsumsi parasetamol tanpa menyadarinya. Bisa jadi itu adalah bahan aktif dalam beberapa obat flu yang kita gunakan, dan kita belum tentu mengetahuinya,” kata Brennan Baker dari Universitas Washington di Seattle.

Dalam studi terbaru, Baker dan timnya menggunakan metrik yang lebih akurat. Mereka mencari penanda obat dalam sampel darah yang dikumpulkan dari 307 wanita, semuanya berkulit hitam dan tinggal di Tennessee, AS selama trimester kedua.

Seluruh responden tidak mengonsumsi obat untuk penyakit kronis atau ada komplikasi kehamilan. Para peneliti kemudian menindaklanjuti ketika anak-anak responden sudah berusia antara 8 dan 10 tahun. Di AS, sekitar 8 persen anak-anak berusia antara 5 dan 11 tahun menderita ADHD.

Baca juga: Benarkah Gaya Parenting Bisa Menyebabkan Anak ADHD

Rata-rata, anak-anak yang ibunya memiliki penanda parasetamol dalam darahnya tiga kali lebih mungkin didiagnosis menderita ADHD, bahkan setelah disesuaikan dengan faktor-faktor seperti usia ibu, indeks massatubuh (BMI) sebelum hamil, status sosial ekonomi dan kondisi kesehatan mental di antara anggota keluarga dekat mereka.

Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan parasetamol selama kehamilan dapat meningkatkan risiko anak terkena ADHD. Namun, ada kemungkinan juga bahwa faktor sebenarnya yang meningkatkan risiko ADHD adalah apa pun yang menyebabkan seseorang mengonsumsi parasetamol, bukan obat itu sendiri.

“Mereka belum bisa memperhitungkan hal-hal seperti alasan ibu meminum parasetamol, misalnya apakah ada sakit kepala atau demam atau nyeri atau infeksi, yang kita tahu merupakan faktor risiko yang merugikan perkembangan anak,” kata Viktor Ahlqvist dari Karolinska Institute di Swedia, mengomentari studi ini.

Baca juga: Obat Pereda Nyeri Bisa Berakibat Sakit Ginjal, Paling Umum Dialami Orang Berusia 45 Tahun

Namun Baker yakin bahwa obat itu sendirilah yang bertanggung jawab. Analisis selanjutnya terhadap sampel jaringan dari 174 plasenta peserta menunjukkan, mereka yang menggunakan parasetamol mengalami perubahan metabolisme dan sistem kekebalan tubuh yang berbeda. Perubahan ini serupa dengan yang terlihat dalam penelitian yang menguji efek parasetamol pada hewan hamil tanpa infeksi atau kondisi kesehatan yang mendasarinya.

Walau begitu, temuan ini masih jauh dari kesimpulan. Salah satu alasannya adalah penelitian ini melibatkan sejumlah kecil partisipan, semuanya berkulit hitam dan tinggal di kota yang sama sehingga membatasi kemampuan generalisasi temuan ini.

"Studi ini hanya mengukur penanda darah parasetamol pada satu waktu. Penanda ini bertahan selama sekitar tiga hari, jadi responden dalam studi ini kemungkinan pengguna parasetamol yang lebih sering, dan mungkin ada efek yang bergantung pada dosis, kata Baker.

Parasetamol saat ini merupakan pilihan terapi lini pertama untuk nyeri dan demam pada kehamilan, tetapi menurut saya lembaga seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) dan berbagai asosiasi obstetri dan ginekologi perlu terus meninjau semua penelitian yang ada dan memperbarui panduan mereka,” katanya.

Baca juga: 3 Jenis ADHD dan Gejalanya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau