Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gangguan Pendengaran pada Anak: Deteksi Dini Jadi Kunci Utama

Kompas.com - 23/02/2025, 20:00 WIB
Ria Apriani Kusumastuti

Penulis

Sumber Antara

KOMPAS.com - Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga, Hidung, dan Tenggorok – Bedah Kepala dan Leher (PERHATI-KL) Cabang DKI Jakarta, Tri Juda Airlangga, menekankan pentingnya deteksi dini gangguan pendengaran pada anak.

Hal ini disampaikan oleh Dr. Tri Juda usai, seperti dikutip dari Antara, Minggu (23/2/2025).  Menurutnya, banyak orang tua yang sering kali tidak menyadari adanya gejala gangguan pendengaran pada anak mereka.

"Karena mereka menganggap (gangguan pendengaran) suatu yang tidak kelihatan, kalau mata kelihatan nih matanya keruh atau katarak. Kalau pendengarnya kan pada umur 1-6 bulan nangisnya sama, kayaknya enggak apa-apa deh," ujarnya.

Baca juga: Hari Kanker Anak Sedunia: Kemenkes Kenalkan Rencana Aksi Nasional Kanker Anak


Ia melanjutkan, gangguan pendengaran pada anak baru sering terdeteksi setelah mereka berusia satu atau dua tahun, terutama ketika dibandingkan dengan anak-anak lain yang sudah mulai berbicara.

"Nah, biasanya setelah umur satu atau dua tahun kok anak saya (dibandingkan) sama anak tetangga sebelah, kok dia udah banyak ngomong tapi anak saya belum ya. Itu juga menjadi hal yang pas ketahuan, baru terdeteksi," tambahnya.

Tri juga mengungkapkan bahwa gangguan pendengaran dapat menyebabkan masalah dalam komunikasi, sehingga sangat penting untuk mendeteksinya sejak dini.

Ia mengingatkan orang tua agar memeriksakan bayi mereka ke dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan sebelum berusia satu bulan.

"Sebelum satu bulan sebaiknya sudah ter-skrining, tiga bulan sudah harus terdeteksi, enam bulan harus sudah tertata-laksana, kalau ada gangguan mau diapain nih anaknya," jelasnya, merujuk pada penerapan program 1-3-6 dalam penanganan gangguan pendengaran.

Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya perhatian terhadap tumbuh kembang anak pada usia dini, karena deteksi lebih cepat akan memungkinkan intervensi yang lebih baik.

"Intinya tumbuh kembangnya harus kita perhatikan juga pada usia-usia dini. Jadi semakin dini kita deteksi, semakin baik intervensi yang bisa dilakukan," katanya.

Berdasarkan perkiraan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2030 diperkirakan lebih dari 500 juta orang di seluruh dunia akan mengalami gangguan pendengaran yang membutuhkan rehabilitasi, sementara lebih dari satu miliar anak muda berisiko mengalami gangguan pendengaran akibat paparan suara keras.

Baca juga: Obesitas Berpotensi Jadi Faktor Risiko Kanker pada Anak, Ini Kata Ahli

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau