Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencium Balita Saat Lebaran: Waspadai Risiko Pneumonia yang Mengancam

Kompas.com - 23/03/2025, 15:04 WIB
Ria Apriani Kusumastuti

Penulis

Sumber Antara

KOMPAS.com - Mencium balita saat Lebaran bisa berisiko menularkan penyakit berbahaya seperti pneumonia.

Meskipun tradisi ini menjadi momen penuh kehangatan, mencium bayi atau balita, terutama jika Anda sedang batuk atau pilek, dapat membahayakan kesehatan mereka.

Pneumonia, yang menyerang paru-paru dan saluran napas, bisa berujung pada komplikasi serius bahkan kematian pada anak-anak dengan kekebalan tubuh yang rendah.

Baru-baru ini, kasus pneumonia yang disebabkan oleh kebiasaan mencium anak saat Lebaran menjadi viral di TikTok, menarik perhatian banyak orang tua mengenai potensi bahaya ini.

Dikutip dari Antara, Kamis (20/11/2020), Dokter spesialis anak, Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, Sp.A (K), mengingatkan agar keluarga yang mengalami batuk atau pilek menghindari mencium bayi dan balita di sekitar mereka.

Baca juga: Tips Mudik Aman untuk Anak: Imunisasi Lengkap dan Gunakan Masker

Hal ini bertujuan untuk mencegah penularan penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur, yang bisa menyerang saluran pernapasan dan paru-paru anak.

"Bakteri, virus, jamur ada di mana-mana. Kalau ada keluarga yang batuk pilek, jangan mencium bayi dan balita," katanya.

Menurut Soedjatmiko, patogen yang menyebabkan pneumonia bisa masuk ke tubuh anak melalui hidung atau saluran napas.

Pada anak dengan kekebalan tubuh yang rendah, seperti yang disebabkan oleh asap rokok, polusi udara, atau kurangnya asupan ASI eksklusif, kondisi ini bisa memperburuk daya tahan tubuh dan meningkatkan risiko terkena pneumonia.

Baca juga: Kurang Istirahat Bisa Memicu Pneumonia Berat, Ini Penjelasan Ahli

Pneumonia pada balita, berbahaya dan bisa fatal

Pneumonia pada balita sangat berbahaya dan dapat berujung pada kondisi yang lebih serius jika tidak segera ditangani.

Dr. dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A(K), dokter spesialis anak subspesialisasi pulmonologi respirologi, menjelaskan bahwa pneumonia sering kali disalahartikan dengan gejala flu biasa.

Gejala pneumonia termasuk demam, batuk, dan kehilangan nafsu makan. Namun, yang perlu diwaspadai adalah jika gejala tersebut berlangsung lebih dari 2-3 hari, atau anak terlihat sesak napas dan napasnya lebih cepat dari biasanya.

"Curigai pneumonia kalau gejalanya berlanjut, (yakni) demam 2-3 hari. Tanda penting lainnya anak terlihat napasnya lebih cepat dari biasanya, sesak napas," ujar Nastiti.

Jika gejala-gejala ini muncul, Dr. Nastiti menyarankan agar orang tua segera membawa anak ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan medis secepat mungkin.

Pneumonia tetap menjadi penyebab kematian balita kedua terbesar di Indonesia setelah persalinan preterm, dengan prevalensi mencapai 15,5 persen pada tahun 2017.

Penyebab utama pneumonia pada balita antara lain belum terpenuhinya ASI eksklusif (54 persen), berat badan lahir rendah (10,2 persen), dan belum lengkapnya imunisasi (42,1 persen).

Dengan meningkatkan kewaspadaan, terutama saat berkumpul dengan keluarga di momen Lebaran, diharapkan angka kasus pneumonia pada balita bisa terus berkurang.

Baca juga: Bagaimana Pneumonia Berkembang dari Flu? Berikut Penjelasannya…

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Komentar
balita; dibawah limapuluh tahun 🤔🤔🤔

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau