Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari RS Medistra, Jakarta Jetty Sedyawan mengungkapkan, serangan jantung terjadi akibat penyumbatan pembuluh darah koroner. Serangan jantung akan menimbulkan kerusakan pada otot jantung karena kehilangan pasokan darah.
"Terjadi kematian jaringan otot jantung akibat penyumbatan pembuluh darah koroner," kata Jetty saat dihubungi Kompas.com, Kamis (26/3/2015).
Menurut Jetty, serangan jantung bisa disertai dengan gangguan irama jantung dengan denyut jantung yang cepat. Terjadinya gangguan irama jantung membuat jantung hanya bergetar tanpa memompa darah.
"Kalau tidak ada darah yang dipompakan sehingga tidak ada nutrisi, oksigen ke otak, ke jantung sendiri dan ke alat-alat vital," terang Jetty.
Hal senada dikatakan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari RS Premier Bintaro, Beny Hartono. Ia mengatakan, serangan jantung bisa memunculkan gejala yang khas. Namun, gejala itu sering tak disadari sebagai tanda awal akan terjadinya serangan jantung.
"Gejalanya khas banget, yaitu sakit dada hebat sampai ke lengan, leher, perut, muntah-muntah, keringat, hingga pengin pingsan," kata dia.
Jika jantung berhenti berfungsi, perlu dilakukan resusistasi jantung paru untuk pemberian oksigen dalam darah dan aliran darah ke otak. Kebanyakan mereka yang bertahan hidup akan dipasangi alat defibrilator yang akan memantau irama jantung.
Serangan jantung lebih berisiko terjadi pada orang yang merokok, obesitas, hipertensi, diabetes, hingga kadar kolesterol tinggi. Faktor lainnya, yaitu seiring bertambahnya usia dan riwayat keluarga. Untuk itu, gaya hidup sehat merupakan langkah utama untuk menghindari serangan jantung.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.