Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Mengatasi Stres Orangtua Mengasuh Anak ADHD

Kompas.com - 24/02/2022, 16:17 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Mandy Ramadhanty Khaerunissa, S.Psi dan Dr. Naomi Soetikno, M.Pd.

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan kondisi kronis dan pervasif yang ditandai dengan kurangnya atensi, atau tingginya impulsifitas dan juga aktivitas berlebih.

ADHD juga merupakan salah satu gangguan di masa kanak-kanak yang paling umum dan memengaruhi 5 persen dari anak usia sekolah (Polanczyk & Jensen 2008).

Salah satu sekuel ADHD yang seringkali terjadi pada keluarga dengan anak-anak ADHD adalah peningkatan stres pengasuhan (Johnston dan Mash 2001).

Meskipun memiliki stres dalam pengasuhan dianggap normal (Crnic dan Greenberg1990), orangtua yang mengalami tingkat stres yang ekstrem mungkin menderita secara psikologis dan mungkin kurang mampu untuk mengimplementasikan intervensi untuk membantu anak-anak mereka (Kazdin1995).

Meningkatnya stres pengasuhan juga dapat memengaruhi hubungan orangtua-anak dan berdampak negatif pada cara orangtua melakukan pengasuhan kepada anak (Abidin 1992; Rodgers 1998).

Sejumlah penelitian (misalnya, Anastopoulos et al. 1992; Breen dan Barkley 1988; Harrison dan Sofronoff 2002; Mash dan Johnston 1983; Podolski dan Nigg 2001; Riley dkk. 2006; van der Oord dkk. 2006), telah melaporkan peningkatan dari tingkat klinis stres pengasuhan pada orangtua akibat gejala yang dimiliki anak ADHD.

Studi-studi ini telah mengidentifikasi meningkatnya stres pengasuhan dalam keluarga anak-anak dengan ADHD, termasuk di dalamnya stres pengasuhan akibat masalah perilaku anak secara internalisasi (Beck et al. 1990; Breen dan Barkley 1988; Mash dan Johnston 1983) dan perilaku eksternalisasi (misalnya, Anastopoulos et al.1992; Podolski dan Nigg 2001; van der Oord dkk. 2006).

Stres pengasuhan merupakan pengalaman orangtua dalam mengasuh anak, yang muncul ketika tuntutan dihadapi orangtua melebihi harapan atau sumber daya yang mereka miliki.

Kemudian berdampak pada kesuksesan peran orangtua dalam mengasuh anak (Deater-Deckard, Chen, & El Mallah, 2013).

Di dalamnya juga termasuk tentang pemikiran, kepercayaan dan atribusi serta harapan yang dimiliki orangtua akan apa yang “normal” dalam mengasuh anak dan bagaimana terdapat kurangnya kontrol dan keraguan terhadap harapan tersebut.

Deater-Deckard (2004) menjelaskan dalam bukunya yang berjudul “parenting stress” tentang teori PCR.

Teori PCR merupakan salah satu teori yang paling banyak diuji terkait stres pengasuhan mengemukakan tiga komponen terpisah, yaitu Parent (P = aspek di mana munculnya stres pengasuhan berasal dari dalam orangtua).

Child (C = aspek di mana munculnya stres pengasuhan berasal dari perilaku anak). Dan Parent-Child Relationship (R = aspek di mana munculnya stres pengasuhan berasal dari hubungan antara orangtua dan anak).

Lewat teori PCR, orangtua dapat memahami dari mana sumber stres datang ketika sedang mengasuh anak.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau