KOMPAS.com - Dehidrasi adalah salah satu kondisi yang rentan dialami oleh ibu hamil dan dapat menimbulkan efek buruk pada kesehatan.
Mengutip Parenting Firstcry, menjaga tubuh tetap terhidrasi selama kehamilan adalah hal yang sangat penting bagi ibu dan bayi yang dikandung.
Ibu hamil direkomendasikan dalam sehari minum 12 gelas air, kurang dari itu bisa menyebabkan dehidrasi.
Mengutip Cleveland Clinic, air berperan untuk:
Sementara, bayi baru lahir mengandung sekitar 78 persen air.
Baca juga: Tanda-tanda Persalinan yang akan Dialami Ibu Hamil
Mengutip buku "Tanya Jawab Lengkap Kehamilan Bermasalah" (2016) oleh Irmawati, SSi.,Apt, efek buruk dehidrasi pada ibu hamil, di antaranya:
Cairan tubuh yang kurang akan membuat fases menjadi keras, sehingga menimbulkan konstipasi atau sembelit.
Kondisi ini akan memicu ibu hamil untuk mengejen saat mengeluarkan feses.
Padahal, hal itu sebaiknya tidak dilakukan di masa kehamilan, terutama saat hamil muda, untuk menghindari janin keluar sebelum waktunya.
Ibu hamil yang mengalami dehidrasi juga akan membuat tubuh menaikkan suhunya.
Hal tersebut dilakukan tubuh ibu hamil agar suhu di dalam tubuh menjadi stabil.
Akibatnya, badan akan terasa panas layaknya orang yang sedang demam.
Seperti dijelaskan sebelumnya, produksi cairan ketuban sangat dipengaruhi oleh cairan tubuh.
Sehingga apabila tubuh mengalami dehidrasi, maka produksi cairan ketuban juga akan berkurang.
Sementara itu, kondisi ibu hamil yang dehidrasi ini bisa sangat mengganggu pembentukkan organ pada janin yang dikandungnya.
Akibatnya, janin berisiko lahir cacat.
Baca juga: Tips Sahur dan Buka Puasa untuk Ibu Hamil atau Menyusui
Cairan tubuh ibu hamil yang kurang juga akan mengganggu fungsi ginjal, sehingga menyebabkan kerusakan pada ginjalnya.
Saat ibu hamil, sebagian besar darah mengandung air dalam jumlah yang sangat besar.