Akibatnya, ibu hamil yang dehidrasi bisa mengalami kekurangan volume darah, yang memicu terjadinya anemia.
Ibu hamil yang kekurangan cairan tubuh juga dapat menghambat produksi ASI.
Sebab, sebagian besar kandungan ASI adalah air.
Baca juga: Ibu Hamil Boleh Puasa atau Tidak?
Mengutip Parenting Firstcry, ada beberapa kondisi khas yang dialami oleh ibu hamil yang meningkatkan risiko mengalami dehidrasi, yaitu:
Volume darah dalam tubuh wanita hamil meningkat sebesar 50 persen. Ini adalah salah satu alasan utama dehidrasi pada awal kehamilan.
Tubuh seorang wanita membutuhkan lebih banyak air pada tahap awal kehamilan ini.
Di lain sisi, ibu hamil sulit menahan air dalam tubuh karena kecenderungan kencing lebih sering.
Sekitar 50 persen wanita hamil menderita morning sickness yang meliputi:
Semua kondisi tersebut mengakibatkan hilangnya air dari tubuh.
Morning sickness biasanya terjadi pada trimester I dan akan mereda pada trimester II.
Dehidrasi juga rentan dialami ibu hamil karena sering muntah.
Baca juga: Efek Covid-19 Pada Ibu Hamil
Seorang wanita sering kali memiliki keringat berlebihan selama kehamilan, dan jika cairan tubuh yang keluar itu tidak digantikan bisa menyebabkan dehidrasi.
Apalagi jika ibu hamil tersebut tinggal di wilayah dengan cuaca yang panas, keringat yang dikeluarkan akan lebih banyak.
Pada trimester III, ibu hamil bisa mengalami serangan diare.
Itu karena ibu hamil mengalami perubahan hormonal bersamaan dengan rasa enggan makan makanan tertentu yang penting untuk menjaga kesehatan ususnya.
Jika tidak minum cukup air selama waktu tersebut, ibu hamil bisa mengalami dehidrasi.
Salah satu komplikasi kehamilan di atas usia 35 tahun adalah ketidakmampuan tubuh menahan air.
Jika ibu hamil berusia pertengahan atau akhir 30-an tahun, ia harus minum lebih banyak air agar tetap terhidrasi.