KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu muncul pemberitaan tentang ratusan warga Karawang yang kecanduan tramadol.
Tramadol merupakan obat pereda nyeri yang tidak bisa dikonsumsi sembarangan.
Tidak semua orang diperbolehkan mengkonsumsi obat ini karena efek sampingnya yang begitu besar.
Karena itu, obat ini hanya bisa dikonsumsi berdasarkan resep dokter.
Tramadol merupakan obat golongan opioid yang memang bisa menyebabkan kecanduan.
Jika seseorang yang sudah kecanduan tramadol, tubuh mereka bisa mengembangkan toleransi.
Ketika toleransi individu terhadap tramadol meningkat, kebutuhan untuk meningkatkan dosis juga meningkat.
Ini terjadi karena otak telah melakukan adaptasi, dan lebih banyak tramadol diperlukan untuk merasakan efek sebelumnya.
Overdosis tramadol bisa menyebabkan penderitanya mengalami masalah pernapasan, melemahnya otot, hilangnya kesadaran dan kejang.
Baca juga: Bikin Ratusan Warga Karawang Kecanduan, Ini Bahaya Tramadol
Meskipun tramadol adalah obat yang aman dan ampuh atasi nyeri ketika dikonsumsi sesuai obat dokter, banyak orang yang menyalahgunakan obat ini hingga mengalami kecanduan.
Berikut tanda-tanda seseorang sudah kecanduan tramadol:
Seseorang yang sudah kecanduan tramadol biasanya akan mencoba untuk mengurangi dosis atau menghentikan tramadol, tapi tidak bisa.
Seseorang yang sudah kecanduan akan memiliki keinginan yang kuat sehingga mereka nekat melakukan berbagai hal untuk mendapatkan tramadol.
Ketika efek tramadol hilang, individu tersebut mulai menderita gejala penarikan, seperti mual, muntah, dan pusing.
Gejala penarikan biasanya berlangsung sejak beberapa jam setelah penghentian atau pengurangan obat dan dapat bertahan selama beberapa minggu.
Faktor-faktor tertentu dapat mempengaruhi durasi dan tingkat keparahan gejala penarikan, seperti durasi gangguan penggunaan tramadol dan riwayat dosis.
Umumnya, penarikan tramadol memakan waktu sekitar dua minggu.
Individu dengan kondisi nyeri kronis dapat mengembangkan ketergantungan pada tramadol.
Karena itu, dokter biasanya tidak secara langsung memberikan obat ini.
Baca juga: Bolehkah Minum Obat dengan Susu? Simak Faktanya...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.