Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan Disunat Jin, Ini Penyebab Parafimosis Menurut Dokter

Kompas.com - 06/01/2024, 20:00 WIB
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta

Penulis

KOMPAS.com - Fenomena tak biasa bocah laki-laki inisial AJ (6) di Kampung Rawa Indah, Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, Minggu (31/12/2023) sempat menjadi sorotan. AJ disebut seperti 'disunat jin' lantaran preputium atau kulit kulup kelaminnya tidak dapat kembali ke posisi semula usai buang air kecil sembarangan.

Untuk diketahui, kondisi AJ alias Adam dalam istilah medis disebut dengan parafimosis. Dilansir dari Cleveland Clinic, parafimosis adalah kondisi yang bisa terjadi pada pria dewasa maupun anak-anak yang belum disunat.

Para kasus parafimosis, kulup tidak bisa ditarik ke bawah menutup penis kembali. Kondisi ini bisa menyebabkan rasa sakit, pembengkakan, dan menggangggu aliran darah di organ reproduksi.

Lantas, apa penyebab parafimosis? Simak penjelasan dokter berikut.

Baca juga: Parafimosis

Apa penyebab parafimosis?

Dokter spesialis urologi, dr. Wibisono, SpU menjelaskan tentang penyebab parafimosis Dokter spesialis urologi, dr. Wibisono, SpU menjelaskan tentang penyebab parafimosis

Dokter spesialis urologi, dr. Wibisono, SpU, menjelaskan bahwa parafimosis adalah kondisi ketika kulit kulup kelamin laki-laki yang ditarik ke belakang tidak bisa kembali lagi.

Wibisono melanjutkan, parafimosis hanya terjadi pada laki-laki yang tidak disunat. Masalah ini tidak terjadi pada pria yang sudah menjalani sirkumsisi atau sunat.

"Parafimosis itu merupakan suatu kondisi yang mana hanya bisa terjadi pada pasien yang tidak disunat. Jadi, kalau pasien tersebut sudah disunat tidak mungkin bisa terjadi parafimosis," kata Wibisono kepada Kompas.com, Sabtu (06/1/2024).

"Karena terjadi pada pasien yang tidak disunat, kemudian kulit kulup tertarik ke belakang dan tidak bisa kembali yang tampak seperti orang yang disunat mendadak, seakan-akan disunat oleh jin," imbuhnya.

Dokter spesialis urologi yang berpraktik di RS JIH Solo tersebut kemudian menjelaskan penyebab parafimosis bisa karena tindakan menarik kulup pada waktu lama sehingga menyebabkan pembengkakan. Tindakan tersebut misalnya:

  • Pada saat pemeriksaan medis
  • Prosedur pemasangan kateter
  • Saat menarik kulup ke belakang untuk membersihkan kepala penis setelah buang air kecil.

Baca juga: Mengenal Parafimosis, Kondisi yang Bikin Kelamin Laki-laki seperti Sudah Disunat

Wibisono menambahkan, hal lain yang bisa menjadi penyebab parafimosis yaitu aktivitas seksual yang terlalu kuat, penggunaan cincin penis, dan kompresi untuk memicu ereksi.

"Penyebab parafimosis bisa juga terjadi karena aktivitas seksual yang terlalu kuat atau pada kondisi tertentu beberapa pasien menggunakan cincin penis sehingga menyempit, (bisa juga saat) meningkatkan ereksi dengan kompresi. Kondisi ini juga bisa menyebabkan kulit kulup tidak bisa kembali ke depan yang kita sebut sebagai parafimosis itu," tambah dokter Wibisono.

Selain tindakan atau kebiasaan menarik kulup dan aktivitas seksual, parafimosis pada organ kelamin pria juga dapat terjadi karena infeksi yang membuat kulit preputium yang ditarik ke belakang tidak bisa kembali ke posisi semula.

"Parafimosis bisa juga disebabkan karena adanya infeksi berulang sehingga ada bekas luka yang menyebabkan kulit kulup tidak elastis lagi sehingga pada saat kulit kulup ditarik paksa ke belakang akan sulit kembali ke depan lagi," jelas dokter yang menamatkan pendidikan spesialis urologi di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga tersebut.

Dengan menyimak penjelasan tentang penyebab parafimosis, para pria dapat lebih berhati-hati ketika menarik kulit kulup penisnya agar terhindar dari kondisi ini.

Pastikan pula untuk menjaga kebersihan penis untuk mencegah kondisi yang bisa memicu parafimosis, seperti infeksi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com