Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

9 Komplikasi Kanker Paru-paru yang Perlu Diwaspadai

KOMPAS.com - Kanker paru-paru adalah penyakit serius yang dapat menyebabkan sejumlah komplikasi.

Beberapa dari masalah ini terkait dengan perkembangan penyakit saat menyebar dan memengaruhi organ lain.

Komplikasi lain dapat disebabkan atau diperburuk oleh terapi yang digunakan untuk mengobati kanker paru-paru, termasuk kemoterapi dan radiasi.

Karena banyak dari komplikasi kanker paru-paru ini terjadi dengan penyakit lanjut dan dapat diobati, mengenali tanda dan gejalanya bisa bermanfaat untuk meningkatkan peluang panderita mendapatkan pengobatan dini yang efektif dan meningkatkan waktu kelangsungan hidup serta kualitas hidup.

Berikut adalah berbagai komplikasi kanker paru-paru yang bisa terjadi:

1. Infeksi akibat kemoterapi

Dilansir dari Very Well Health, kemoterapi dapat secara signifikan mengurangi jumlah sel darah putih yang dibutuhkan tubuh untuk melawan infeksi, terutama neutrofil.

Neutropenia yang diinduksi kemoterapi adalah suatu kondisi yang dihadapi oleh banyak orang yang menjalani perawatan kanker.

Neutropenia adalah penurunan neutrofil yang parah, sehingga membuat seseorang rentan terhadap semua jenis infeksi.

Sekitar 50 persen orang yang menjalani kemoterapi akan mengalami neutropenia dalam berbagai tingkat selama pengobatan.

Gejala dapat bervariasi tergantung pada lokasi infeksi.

Misalnya, infeksi kandung kemih atau ginjal dapat menyebabkan demam, nyeri punggung, dan nyeri saat buang air kecil.

Sementara, infeksi saluran pernapasan dapat menyebabkan batuk, demam, sesak napas, dan dahak berwarna hijau kekuningan.

Sayangnya, infeksi dilaporkan telah menyumbang tidak kurang dari 20 persen kematian pada orang dengan kanker paru-paru.

Pneumonia dan sepsis adalah dua penyebab yang paling mungkin.

Neutropenia yang diinduksi kemoterapi biasanya bergantung pada dosis. Di mana, risiko cenderung akan meningkat dengan pemberian dosis obat kemoterapi lebih tinggi.

Untuk menghindari hal ini, dokter biasanya akan melakukan tes darah lebih dulu pada pasien sebelum sesi perawatan untuk memantau jumlah sel darah putih dan menyesuaikan dosis perawatan sesuai kebutuhan masing-masing.

Beberapa obat terkait dengan neutropenia yang diinduksi kemoterapi yang biasa digunakan untuk mengobati kanker paru-paru, termasuk:

Jika infeksi ringan sampai sedang terjadi, antibiotik spektrum luas oral dapat diresepkan selama beberapa hari.

Dengan pneumonia dan sepsis, terapi dan rawat inap yang lebih intensif mungkin diperlukan sehingga pasien dapat diobati dengan antibiotik intravena, cairan intravena, dan terapi oksigen.

2. Efusi pleura ganas

Efusi pleura ganas dilaporkan memengaruhi sekitar 30 persen orang dengan kanker paru-paru.

Kondisi ini menyebabkan akumulasi cairan dan sel kanker di rongga pleura, yaitu ruang yang mengelilingi paru-paru.

Efusi pleura ganas adalah diagnostik kanker paru-paru stadium 4 (metastasis), stadium paling lanjut dari penyakit ini.

Gejala efusi pleura ganas dapat meliputi:

Diagnosis esfusi pleura ganas dikonfirmasi dengan studi pencitraan, seperti rontgen dada (x-ray), computed tomography (CT)-scan, atau magnetic resonance imaging (MRI).

Efusi pleura ganas dapat diobati dengan thoracentesis, prosedur di mana jarum panjang dimasukkan melalui dinding dada dan ke dalam rongga pleura untuk mengeluarkan kelebihan cairan.

Sampel cairan kemudian dapat dikirim ke laboratorium untuk dianalisis.

Efusi pleura ganas didiagnosis ketika sel-sel kanker ditemukan dalam cairan pleura.

Dengan demikian, tidak semua orang dengan kanker paru-paru yang mengembangkan efusi pleura akan memiliki ciri-ciri ganas.

Faktanya, lebih dari setengah dari orang yang menderita kanker paru-paru lanjut tidak memiliki bukti kanker dalam cairan pleura.

Jika kondisinya berulang, dokter mungkin merekomendasikan prosedur yang disebut pleurodesis untuk mengikat selaput rongga pleura sehingga tidak ada lagi ruang di mana cairan dapat menumpuk.

Pada kesempatan yang jarang terjadi, pleura dapat diangkat melalui pembedahan dengan operasi pleurektomi.

3. Hiperkalsemia

Hiperkalsemia adalah kondisi ketika kadar kalsium dalam darah sangat tinggi.

Hiperkalsemia dilaporkan memengaruhi hingga 30 persen dari orang-orang yang menderita kanker paru-paru lanjut.

Hiperkalsemia paling sering terjadi ketika kanker menyebar ke tulang.

Metastasis tulang yang dihasilkan dapat menyebabkan kalsium larut ke dalam aliran darah karena tulang secara bertahap memburuk.

Namun, hiperkalsemia juga dapat terjadi pada orang tanpa metastasis tulang.

Gejala hiperkalsemia mungkin termasuk:

  • Nyeri otot dan sendi
  • Kejang otot
  • Mual
  • Muntah
  • Kelemahan
  • Kebingungan

Jika tidak diobati, hiperkalsemia keganasan dapat menyebabkan koma dan kematian.

Perawatan hiperkalsemia biasanya melibatkan rehidrasi dengan cairan salin intravena yang dikombinasikan dengan bifosfonat intravena untuk memperlambat kerusakan tulang.

Kortikosteroid oral atau intravena dapat digunakan untuk meningkatkan ekskresi kalsium di ginjal.

Kasus yang parah mungkin memerlukan hemodialisis untuk membantu membersihkan kalsium dari darah.

4. Depresi

Depresi dapat mengurangi kualitas hidup penderita kanker.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam Support Care Cancer pada 2011 menemukan bahwa depresi klinis pada penderita kanker paru-paru bukan sel kecil dikaitkan dengan pengurangan 50 persen waktu bertahan hidup dibandingkan dengan pasien tanpa depresi. Masing-masing, yakni 11,83 bulan dan 24,47 bulan.

Secara keseluruhan, 15 – 25 persen penderita kanker diperkirakan mengalami depresi klinis.

Angka ini mungkin lebih tinggi pada penderita kanker paru-paru karena stigma penyakit atau prognosis yang buruk dapat memicu episode depresi mayor.

Gejala depresi dapat meliputi:

  • Keputusasan
  • Kurangnya minat pada aktivitas, bahkan aktivitas yang biasanya dinikmati
  • Menangis
  • Sifat lekas marah

Untuk meningkatkan kesehatan mental dan kualitas hidup panderita, dukungan sosial dan konseling sangat dianjurkan.

Jika diperlukan, panderita mungkin akan diberi resep antidepresan.

Apabia tak diobati, depresi terkait kanker dapat meningkatkan risiko bunuh diri.

5. Efusi perikardial

Efusi perikardial adalah kondisi ketika selaput pembungkus jantung atau perikardium mengalami penumpukan caira

Kondisi ini dilaporkan memengaruhi sekitar 15 persen penderita kanker paru-paru lanjut.

Efusi perikardial sangat berisiko menyebabkan kematian pada penderita kanker paru-paru.

Efusi perikardial dapat ditandai dengan:

Ini dapat berkembang sebagai akibat langsung dari metastasis kanker atau sebagai konsekuensi dari terapi radiasi dosis tinggi sebelumnya ke dada.

Jika tamponade jantung (kompresi jantung) terjadi, prosedur perikardiosentesis akan diperlukan untuk mengalirkan kelebihan cairan dari perikardium (selaput yang mengelilingi jantung).

Ini mungkin disertai dengan pengenalan agen sclerosing, seperti bleomycin atau cisplatin ke dalam perikardium untuk mengikat jaringan dan mencegah akumulasi cairan.

Tapi, intervensi ini mungkin tidak akan meningkatkan waktu kelangsungan hidup orang dengan efusi perikardial ganas.

Dalam kasus seperti itu, dokter akan mendiskusikan pilihan perawatan paliatif untuk mengurangi beban gejala dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan sebanyak mungkin.

6. Penggumpalan darah

Gumpalan darah di kaki atau panggul dapat berkembang kapan saja dan memengaruhi hingga 15 persen orang dengan kanker paru-paru.

Gumpalan darah terkadang merupakan gejala pertama kanker paru-paru.

Trombosis vena dalam, yakni gumpalan yang berkembang di vena dalam pada kaki atau lengan dapat menyebabkan rasa sakit dan pembengkakan yang parah.

Jika sebagian dari bekuan darah pecah dan berjalan ke paru-paru, itu dapat menyumbat arteri vital dan memicu emboli paru yang berpotensi mengancam jiwa.

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko trombosis vena dalam dan emboli paru, meliputi:

  • Kemoterapi (yang mengurangi produksi protein yang mencegah pembekuan darah)
  • Operasi kanker paru-paru
  • Penyisipan garis PICC (digunakan untuk memberikan obat kemoterapi)
  • Tidak aktif bergerak

Orang dengan kanker paru-paru metastatik sangat rentan terhadap penggumpalan darah.

Gejala trombosis vena dalam mungkin juga termasuk kemerahan atau bengkak di area betis atau kaki.

Ketika embli paru terjadi, orang biasanya mengalami nyeri dada yang tiba-tiba dan tajam, sesak napas yang parah, dan jantung berdebar-debar.

Orang dengan kanker paru-paru yang mengalami trombosis vena dalam memiliki 50 persen peningkatan risiko kematian dibandingkan dengan mereka yang tidak.

Hingga 10 persen dari penderita kanker paru yang mengembangkan emboli paru akut bisa mati mendadak akibat penyumbatan arteri.

Gumpalan darah paling sering diobati dengan antikoagulan (pengencer darah) seperti warfarin.

Orang dengan kanker paru-paru sering memerlukan terapi antikoagulan yang diperpanjang atau permanen untuk mengurangi risiko pembekuan darah.

Stoking kompresi dan aktivitas fisik mungkin dapat pula membantu mencegah pembentukan gumpalan.

7. Pendarahan paru-paru

Dilansir dari Medical News Today, pendarahan paru adalah salah satu penyebab kematian yang lebih umum pada orang dengan kanker paru-paru.

Pendarahan paru-paru bisa digambarkan sebagi kondisi pecahnya pembuluh darah utama paru-paru secara tiba-tiba .

Pendarahan ini dapat terjadi ketika tumor menyusup ke pembuluh darah dan melemahkannya.

Perdarahan paru paling sering terjadi dengan penyakit metastasis dan menyumbang 12 persen kematian pada orang dengan kanker paru-paru tahap lanjut.

Kematian juga dapat terjadi jika terjadi perdarahan spontan di perikardium.

Hemoptisis (batuk darah) adalah ciri utama dari pendarahan paru.

Bahkan jika jumlah darahnya relatif kecil, perhatian dokter segera diperlukan karena mungkin merupakan awal dari kejadian yang lebih parah.

Hemoptisis yang melibatkan lebih dari 100 cm kubik darah (kira-kira 3½ ons) dianggap sebagai keadaan darurat medis dengan risiko kematian tidak kurang dari 30 persen.

Dokter biasanya dapat menemukan sumber perdarahan dengan studi pencitraan dan bronkoskopi.

Pembedahan investigasi terkadang diperlukan untuk menemukan sumber pendarahan.

8. Kompresi sumsum tulang belakang

Kompresi sumsum tulang belakang dapat terjadi ketika kanker menyebar ke tulang belakang, menyebabkannya melemah dan kolaps.

Gejala biasanya dimulai dengan nyeri leher atau punggung bawah.

Kondisi ini pada akhirnya bisa berkembang dan dapat mencakup:

  • Kelemahan
  • Hilangnya sensasi pada ekstremitas (alat gerak)
  • Nyeri radikuler (nyeri saraf tembak terasa di bagian lain tubuh)

Kompresi sumsum tulang belakang adalah komplikasi kanker paru-paru yang relatif umum terjadi. Kondisi ini menjadi semakin serius pada penderita kanker paru-paru dengan penyakit metastasis.

Jika tulang belakang bagian bawah (lumbal) rusak, hal itu dapat menyebabkan cedera saraf yang parah dan terkadang permanen.

Kondisi yang dikenal sebagai sindrom cauda equina dianggap sebagai keadaan darurat medis.

Sindrom cauda equina antara lain dapat menyebabkan hilangnya fungsi motorik, nyeri punggung bawah yang parah, dan hilangnya fungsi kandung kemih atau usus jika tidak ditangani dengan tepat.

Perawatan darurat diperlukan untuk mencegah kerusakan saraf permanen pada orang dengan sindrom cauda equina. Ini melibatkan kombinasi steroid intravena dan terapi radiasi, meskipun pembedahan juga dapat digunakan untuk membantu menstabilkan tulang belakang

9. Sindrom vena kava superior

Sindrom vena kava superior (SVKS) adalah kumpulan gejala yang terjadi karena obstruksi aliran darah di vena kava superior.

SVKS terjadi pada sekitar 2 - 4 persen orang dengan kanker paru-paru, terutama yang memiliki tumor di bagian atas paru-paru (disebut sebagai tumor sulkus superior).

Tumor ini dapat menekan langsung pada vena cava superior, vena besar yang mengembalikan darah dari tubuh bagian atas ke jantung.

Obstruksi yang dihasilkan dapat menyebabkan sesak napas, disfagia (kesulitan menelan), suara serak, serta pembengkakan pada wajah, lengan, dan tubuh bagian atas.

Meskipun SVKS jarang terjadi, kondisi ini dapat dengan cepat menjadi mengancam jiwa jika tidak segera diobati.

Perawatan ditujukan untuk mengurangi tekanan yang disebabkan oleh tumor, seringkali melalui penggunaan kemoterapi atau radiasi.

Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah pembekuan darah.

Dalam beberapa kasus, stent dapat ditempatkan di vena cava superior untuk mempertahankan aliran darah.

Mengingat bahayanya, komplikasi kanker paru-paru memang harus diwasapdai. Jika Anda didiagnosis mengidap kanker paru-paru, ikut setiap saran dokter untuk mencehah penyakit berkembang.

https://health.kompas.com/read/2021/08/30/200000068/9-komplikasi-kanker-paru-paru-yang-perlu-diwaspadai

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke