Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/09/2021, 14:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Nyeri sendi sering kali muncul sebagai efek kelelahan atau setelah persendian melakukan pekerjaan yang lebih berat dari biasanya.

Nyeri sendi menyebabkan orang tidak nyaman dalam beraktivitas sehingga banyak orang menggunakan berbagai obat dan salep yang tersedia untuk meredakan nyeri sendi.

Namun, nyeri sendi dapat terjadi bukan hanya karena efek kelelahan atau sekadar melakukan pekerjaan berat.

Nyeri pada persendian dapat terjadi akibat infeksi bakteri pada pembuluh darah yang mengakibatkan penyakit, yang disebut reactive arthritis.

Baca juga: 4 Jenis Makanan untuk Mengatasi Nyeri Sendi (Arthritis)

Reactive arthritis adalah bentuk kronis radang sendi yang menunjukkan tiga kondisi berikut:

  1. Radang sendi
  2. Radang mata (konjungtivitis)
  3. Radang sistem genital, saluran kemih, atau gastrointestinal

Bentuk peradangan sendi Ini disebut reactive arthritis karena sistem kekebalan tubuh akan bereaksi secara tidak wajar ketika terinfeksi bakteri tertentu.

Reaksi tidak wajar inilah yang menyebabkan peradangan spontan pada persendian dan bagian tubuh lain yang terinfeksi.

Reactive arthritis umumnya menyerang persendian pada lutut, kaki, tumit, pinggang dan pergelangan kaki.

Reactive arthritis menyebabkan persendian yang terinfeksi mengalami pembengkakan, terasa nyeri, kemerahan, dan terasa hangat saat disentuh.

Penyakit ini paling sering menyerang laki-laki yang aktif secara seksual antara usia 20 hingga 40 tetapi tidak menutup kemungkinan menyerang siapa pun.

Reactive arthritis dianggap sebagai penyakit rematik sistemik, yakni dapat memengaruhi organ lain selain sendi.

Reactive arthritis dapat menyebabkan peradangan pada jaringan, seperti mata, mulut, kulit, ginjal, jantung, dan paru-paru.

Baca juga: Rheumatoid arthritis: Gejala, Penyebab, Komplikasi, dan Cara Mengatasi

Penyakit ini dikenali dari berbagai gejala pada berbagai organ tubuh yang mungkin muncul secara bersamaan atau secara terpisah.

Pada beberapa kasus, reactive arthritis dapat pulih dengan sendirinya dalam beberapa bulan tanpa menyebabkan masalah jangka panjang.

Penyakit ini tidak menular tetapi bakteri yang menyebabkan penyakit ini dapat menyebar dari satu orang ke orang lainnya.

Reactive arthritis adalah penyakit yang cukup langka, dengan perbandingan kejadian hanya sekitar belasan kasus per 100.000 orang.

Penyebab

Dikutip dari Web MD, penyebab reactive arthritis masih belum diketahui tetapi muncul sebagai reaksi terhadap infeksi di tubuh manusia.

Namun, terdapat beberapa bakteri yang umumnya menyebabkan infeksi dan memicu reactive arthritis dalam tubuh, di antaranya:

  1. Bakteri penyebab infeksi menular seksual (IMS), seperti Chlamydia trachomatis dan Ureaplasma urealyticum.
  2. Bakteri penyebab infeksi usus, seperti Salmonella, Shigella, Yersinia, Campylobacter, dan Clostridium difficile.

Selain dipicu oleh bakteri penyakit ini juga dapat disebabkan faktor genetik (keturunan). Orang dengan gen HLA-B27 lebih berisiko terkena penyakit ini.

Gejala

Melansir MSD Manuals, gejala reactive arthritis pada persendian adalah sebagai berikut:

Baca juga: 9 Cara Mengatasi Peradangan pada Kasus Radang Sendi (Arthritis)

  • rasa nyeri, kekakuan, pembengkakan, kehangatan, dan kemerahan pada sendi, umumnya pada lutut, kaki, jaki kaki, pinggul, dan pergelangan kaki
  • peradangan dan nyeri pada tendon
  • sakit punggung atau leher karena radang tulang belakang
  • demam ringan
  • berat badan menurun
  • kelelahan yang berlebihan

Reactive arthritis yang terjadi pada sistem genital dapat terjadi sekitar tujuh sampai 14 hari setelah infeksi (kontak seksual), yang ditandai dengan gejala berikut:

  • Pada pria, muncul gejala:
    - nyeri pada penis
    - rasa terbakar saat buang air kecil
    - keluarnya nanah dari ujung penis
    - kulit di sekitar penis dapat meradang dan mengelupas
    - kelenjar prostat mungkin meradang dan terasa nyeri
  • Pada wanita, muncul gejala:
    - sakit saat buang air kecil dan menyebabkan rasa tidak nyaman
    - mengalami keputihan
    - darah pada urine

Reactive arthritis yang terjadi pada mata ditandai dengan:

  • peradangan pada bagian putih mata (konjungtivitis) dan iris mata
  • mata terasa gatal atau terbakar
  • lebih peka terhadap cahaya
  • terasa nyeri
  • mata berair
  • kelopak mata bengkak

Baca juga: 7 Bumbu Dapur yang Bisa Jadi Obat Rematik Alami

Reactive arthritis yang berkembang di mulut dan lidah dapat ditandai dengan munculnya sariawan.

Reactive arthritis yang terjadi pada kulit ditandai dengan adanya ruam khas berupa bintik-bintik keras dan menebal pada kulit, terutama pada telapak tangan dan kaki, serta di sekitar kuku.

Peradangan akibat reactive arthritis yang terjadi pada usus besar dapat ditandai dengan diare atau munculnya nanah atau darah pada feses.

Meski jarang terjadi, reactive arthritis yang memengaruhi aorta dapat menyebabkan detak jantung tidak teratur (aritmia), bahkan gagal jantung.

Diagnosis

Dilansir dari Medicine Net, tidak ada tes laboratorium tunggal yang digunakan untuk mendiagnosis reactive arthritis.

Hal ini dikarenakan gejala yang dirasakan penderita reactive arthritis tidak muncul secara bersamaan.

Maka dari itu dokter akan melakukan beberapa tes untuk mendiagnosis penyakit ini, diantaranya:

  1. Tes darah, untuk mengetahui tanda infeksi, tanda peradangan, dan penanda genetik yang berkaitan dengan reactive arthritis
  2. Uji sampel tinja, untuk melihat tanda-tanda infeksi
  3. Urinalisis (tes urine), untuk mendeteksi infeksi bakteri pada saluran kemih
  4. X-ray, untuk melihat kondisi sendi yang sering mengalami peradangan
  5. Rontgen, untuk menilai status sendi
  6. Tes cairan sendi, untuk mendeteksi penyebab nyeri sendi

Baca juga: Septic Arthritis

Perawatan

Berikut beberapa pengobatan medis untuk penderita reactive arthritis di antaranya:

  • Obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS), seperti ibuprofen
    untuk meredakan peradangan dan mengurangi nyeri
  • Pemberian antibiotik
    untuk mengobati infeksi yang memicu reactive arthritis
  • Obat kortikosteroid, seperti prednison
    untuk mengurangi peradangan
  • Terapi fisik
    untuk mempermudah pergerakan sendi selama fase pemulihan
  • Menggunakan obat-obatan seperti steroid atau disease-modifying anti-rheumatic drugs (DMARDs)
    untuk meredakan radang sendi yang parah dan sedang kambuh
  • Obat tetes anti-inflamasi
    untuk meredakan peradangan mata
  • Bagi pasien dengan iritis parah, akan diberikan suntikan kortison lokal untuk mencegah peradangan yang merusak mata bahkan kebutaan
  • Krim kortison
    untuk meredakan peradangan di sekitar penis

Selain secara medis, pengobatan mandiri juga dapat dilakukan untuk meredakan gejala reactive arthritis, seperti:

  • istirahat cukup dan mengurangi beban pekerjaan pada sendi yang terinfeksi
  • setelah gejala mereda, lakukan olahraga untuk memulihkan sendi
  • kompres dingin atau hangat untuk meredakan rasa nyeri dan pembengkakan pada sendi
  • gunakan splint agar sendi yang terkena tidak semakin parah

Baca juga: 5 Makanan yang Pantang bagi Penderita Nyeri Sendi

Pencegahan

Reactive arthritis dapat dicegah dengan beberapa cara berikut ini:

  1. tidak berganti-ganti pasangan seksual
  2. tidak melakukan seks bebas
  3. gunakan kondom saat berhubungan seksual
  4. rutin mencuci tangan dengan benar, terutama sebelum makan, mengolak makanan, dan setelah dari toilet
  5. menyimpan makanan dengan benar agar tidak terpapar bakteri
  6. masak makanan hingga matang sempurna.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com