KOMPAS.com - Tidak semua orang memiliki keberanian saat berada di ketinggian. Bahkan, beberapa di antaranya merasa ketakutan saat berada di tempat tinggi.
Dalam istilah medis, kondisi ini dikenal dengan sebutan acrophobia, yaitu penyakit mental yang menyebabkan seseorang memiliki ketakutan berlebihan terhadap ketinggian.
Acrophobia termasuk jenis fobia spesifik, yaitu gangguan kecemasan yang ditandai oleh ketakutan berlebihan dan tidak rasional terhadap situasi atau pemicu tertentu.
Baca juga: Kenali Apa itu Fobia, Gejala, Penyebab, Cara Mengatasinya
Acrophobia menjadi salah satu fobia yang paling umum diderita orang.
Kondisi ini menyebabkan penderita acrophobia merasa gelisah, cemas, hingga panik ketika berada di ketinggian, tempat tersebut merupakan tempat yang aman.
Pada kondisi yang parah, penderita acrophobia merasa takut dan cemas meski hanya melihat foto lokasi yang tinggi, misalnya seperti melihat foto pegunungan.
Mengutip dari Healthline, gejala utama acrophobia adalah ketakutan yang intens terhadap ketinggian yang ditandai dengan kepanikan dan kecemasan.
Selain itu, terdapat beberapa kondisi fisik yang dapat menjadi gejala dari acrophobia, yakni:
Tidak hanya memengaruhi kondisi fisik, acrophobia juga dapat menimbulkan gejala psikis, seperti:
Baca juga: Fobia
Menurut Healthline, acrophobia dapat disebabkan pengalaman traumatis di masa lalu yang berkaitan dengan ketinggian, seperti:
Akan tetapi, acrophobia juga dapat terjadi tanpa disertai penyebab yang jelas. Kondisi ini mungkin dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan di sekitarnya.
Hal ini berarti jika terdapat anggota keluarga yang memiliki fobia atau rasa takut terhadap ketinggian maka potensi untuk mengalami kondisi serupa juga lebih besar.
Dilansir dari Medical News Today, terdapat beberapa faktor yang dapat memicu timbulnya acrophobia pada seseorang, seperti:
Setiap orang cenderung merasa takut pada suatu hal yang mungkin berbahaya, termasuk ketinggian.
Pada kondisi ini, jatuh dari ketinggian dianggap sebagai kondisi yang membahayakan keselamatan sehingga merupakan ketakutan yang wajar dialami semua orang.
Baca juga: Takut Saat Mendengar Suara Ambulans? Hati-hati Fonofobia
Seseorang dengan orang tua atau pengasuh yang mengalami ketakutan terhadap ketinggian atau acrophobia cenderung lebih mudah untuk terkena kondisi yang sama.
Seseorang yang pernah atau menyaksikan orang lain mengalami kecelakaan yang berkaitan dengan ketinggian cenderung lebih berisiko terkena acrophobia.
Seseorang yang memiliki pengalaman buruk terhadap ketinggian, terjatuh dari pohon misalnya, maka cenderung akan mengasosiasikan pengalaman buruk tersebut dengan sesuatu yang negatif.
Orang tersebut kemudian belajar untuk mengasosiasikan ketinggian dengan jatuh atau sesuatu yang menyakitkan.
Hal ini yang membuat mereka merasa takut ketika menghadapi situasi serupa di masa depan.
Mengutip Very Well Health, seseorang yang mengalami gejala acrophobia setidaknya selama enam bulan dan mengganggu kehidupan sehari-hari, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter.
Serupa dengan fobia spesifik lainnya, acrophobia dapat didiagnosis melalui anamnesis atau wawancara medis secara detail.
Baca juga: Takut Jarum Suntik Berlebihan, Waspadai Trypanophobia
Tenaga profesional, seperti psikiater atau psikolog, akan mengajukan pertanyaan mengenai beberapa hal berikut:
Dirangkum dari Very Well Health dan Healthline, terdapat beberapa jenis terapi dan obat-obatan yang dapat membantu mengobati acrophobia:
Terapi ini dianggap sebagai terapi yang paling efektif untuk menangani acrophobia.
Pada terapi ini, terapis akan membantu penderita untuk membuka diri secara perlahan terhadap hal yang ditakuti.
Pada kasus acrophobia, terapis dapat mengawali terapi dengan melihat gambar dari sudut pandang seseorang di dalam gedung tinggi.
Penderita mungkin juga diminta untuk menonton video orang-orang yang melintasi tali, mendaki, atau melintasi jembatan sempit.
Selanjutnya, penderita mungkin diminta untuk berdiri di balkon sembari didampingi oleh terapis.
Pada tahap ini, penderita akan mempelajari teknik relaksasi guna membantu mengatasi ketakutan ketika berada di ketinggian.
Baca juga: Gejala Bulimia, Gangguan Makan Karena Takut Gemuk
Terapi paparan dilakukan secara bertahap dalam beberapa sesi pertemuan. Terapi ini bertujuan untuk meredakan respons takut ketika penderita berada di ketinggian.
Melalui paparan berulang terhadap ketinggian tanpa menimbulkan kondisi yang negatif dan pembelajaran teknik relaksasi, penderita menjadi terbiasa ketika berada di ketinggian.
Terapi perilaku kognitif (cognitive behavior therapy/CBT) merupakan salah satu teknik psikoterapi yang cocok bagi penderita yang belum siap melakukan terapi paparan.
Terapi ini bertujuan untuk mengubah pikiran dan respons negatif terhadap situasi yang menyebabkan fobia, salah satunya adalah ketinggian.
Melalui terapi perilaku, penderita acrophobia akan diajarkan untuk mengubah atau memodifikasi perilaku ketakutan dengan tindakan yang lebih positif.
Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan fobia. Namun, obat penenang dapat membantu mengatasi rasa panik dan kecemasan ketika gejala muncul, seperti:
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.