Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UTAMI dan Keajaiban ASI

Kompas.com - 21/03/2011, 06:20 WIB

”Silakan Anda baca surat Al Baqarah ayat 233, dan bagi yang Kristiani pada Samuel ayat 2. Bukankah itu semua memberi isyarat pada kita betapa pentingnya air susu ibu?” ujarnya.

Utami mengaitkan pemberian ASI eksklusif dengan pembangunan generasi masa depan yang lebih bermutu. Pemberian ASI eksklusif tidak hanya meningkatkan kesehatan fisik dan mental ibu beserta bayinya, tetapi juga kesehatan keuangan keluarga. Dalam matematika yang sederhana, seandainya semua ibu yang melahirkan memberikan ASI eksklusif selama enam bulan, ada nilai rupiah sekitar 18 triliun yang dihemat.

Hitungannya, bila dalam setahun ada lima juta bayi yang dilahirkan, setiap bayi membutuhkan 55 kaleng susu per enam bulan, dengan harga per kaleng sekitar Rp 65.500, maka perkalian itu akan menghasilkan angka Rp 18,012 triliun.

”Apakah tidak lebih baik bila biaya itu dialihkan untuk pendidikan anak? Kalau saya bisa menolong keluarga yang berpenghasilan sebulan hanya Rp 500.000, maka kita akan bisa menolong the whole family. Untuk enam bulan pertama kehidupan, ASI cukup sebagai makanan tunggal,” katanya.

Saat ini, tingkat kematian bayi dan anak balita di Indonesia masih sangat tinggi, sekitar 44 anak balita per 1.000 orang sehingga jika dalam setahun ada lima juta bayi yang lahir, berarti dalam sehari ada 550 anak balita yang meninggal dunia!

”Bayangkan, itu sama dengan pesawat jumbo jet yang jatuh setiap hari dan isinya semua anak balita! Artinya, setiap 2,5 menit satu anak balita di Indonesia meninggal. Sudah berapa banyak anak balita yang meninggal sewaktu kita mengobrol di sini? Please, mereka meminta tolong kepada kita. Mereka ingin hidup,” kata Utami.

Untuk menolong para anak balita itu, caranya tidak perlu muluk-muluk. Cukup dengan pemberian ASI eksklusif enam bulan, kemudian 18 bulan selanjutnya ASI yang dicampur dengan makanan rumah—tidak perlu makanan kaleng. Itu semua, kata Utami, bisa menekan kematian bayi dan anak balita sampai 13 persen.

”Dari semua opsi intervensi, intervensi paling efektif untuk mengurangi kematian bayi adalah air susu ibu. Kenapa harus dua tahun karena antara 0 sampai 2 tahun adalah periode pertumbuhan otak yang pesat sekali,” kata Utami.

Ia kemudian menunjukkan hasil penelitian terbaru (Journal of Pediatrics, Oktober 2009), di mana ibu-ibu yang melahirkan diikuti terus perkembangannya selama 14 tahun, sampai si bayi remaja. Hasilnya adalah semakin lama si bayi memperoleh ASI, semakin kurang gangguan mental pada anak dan remaja. Gangguan yang termasuk di sini di antaranya depresi, psikosomatik, gangguan bersosialisasi, kenakalan remaja, dan tingkah laku agresif.

”Bukankah perilaku-perilaku ini yang sekarang kita prihatinkan terjadi di negara kita? Orang menjadi anarkis, koruptif, membunuh orang seenaknya? Ayo ibu-ibu, pikirkan masa depan negara ini,” katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com