Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puisi-puisi M. Nurcholis

Kompas.com - 26/11/2011, 19:20 WIB

Beberapa sengal keluar dari mulutnya,
Mulut yang penuh dengan kata-kata
Seperti sajak yang begitu bosan mengenyangkan pembaca.

Ada yang terus berdetak,
Satu kali, dua kali, jutaan kali di dinding itu.
sedang yang di dada
entah mengapa berdenyut meredup.

Ia masih sendirian. Berdua dengan kesepian.
Tak lama kemudian, kesepianlah yang benar-benar sendiri.

Cilacap, 2011

Rumah

Sebuah gubuk beratapkan daun enau
berdindingkan anyam blarak
berdiri kaku di tepi danau.

Seorang nenek renta
menjumputi rumput
yang semakin menggulma
menutupi hati dengan rasa takut.

Di beranda,
Kakek tua berkaus oblong
membaca secarik berita
tentang dunia yang terus berbohong.

Mereka tinggal berdua,
bertiga dengan waktu,
yang selalu dan pasti menyakiti;
mata yang semakin rabun,
mulut yang semakin ngilu,
dan detak, yang semakin
meredup di dada.

Hanya gubuk yang setia
menemani mereka
bercengkrama dengan waktu.
Dan hidup yang begitu singkat,
pasti akan membawa mereka
ke rumah,
tempat segalanya
akan berpulang.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com