Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puisi-puisi M. Nurcholis

Kompas.com - 26/11/2011, 19:20 WIB

lalu gerbong-gerbong yang uzur, lokomotif renta, serta bantalan rel dari kayu jati yang rapuh itu, adalah tanda; waktu merupakan batas dari sebuah tunggu.

maka suatu nanti, setelah aku membayar karcis peron seribu lima ratus rupiah (sebab aku iba terhadap petugas kereta yang bajunya itu-itu saja) kita akan menyusuri jalan sepanjang rel. bergandengan. menemani rel-rel berkarat, menaiki gerbong-gerbong kosong, mengunjungi bengkel lokomotif, yang kau sama syahdunya dengan mereka.

dan, bila waktu memang tertakdir menjadi akhir sebuah temu, engkau perlahan menjauh pelan. lalu kereta pun perlahan berderak, melaju pelan meninggalkan segala hal yang sepi, di dadaku.

Cilacap, 2011

M. Nurcholis lahir 22 Juni 1986 di Cilacap, Kota Pesisir di Pantai Selatan Jawa. Mahasiswa Sekolah Tinggi Ekonomi Indonesia Rawamangun, Jakarta. Dapat dihubungi di twitter @n_choliz, Facebook: Muhammad Nurcholis atau blog pribadinya di www.kolasecerita.wordpress.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com