“Pada anak SMP, istilah pacaran kita ubah bahasanya jadi bersahabat dengan baik,” jelas pria yang akrab disapa Ibil ini.
Pendampingan juga diberikan pada remaja yang telah mengalami kehamilan tidak diinginkan. Mereka diharapkan tidak terjerumus dalam melakukan aborsi tidak aman.
Selain itu, Direktur Direktorat Bina Kesehatan Remaja BKKBN Temazaro Zega mengatakan, pihaknya kini juga mulai gencar memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja SMP. Sebab, remaja SMP kini juga berisiko melakukan seks pranikah.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2010, seks pranikah telah terjadi pada laki-laki maupun perempuan pada usia 10-24 tahun. Alasan mereka melakukan seks bebas, yaitu sebagian besar karena penasaran, kemudian terjadi begitu saja, dipaksa,ingin kawin, dan lain-lain.
Sementara itu, menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, 10 persen remaja berusia 15-19 tahun telah menjadi ibu.
Melihat pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi, PKBI pada Kamis (12/2/2015) lalu juga telah mengajukan uji materi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ke Mahkamah Konstitusi. Mereka berharap materi kesehatan reproduksi secara komprehensif dapat masuk kurikulum pendidikan.