Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/05/2015, 18:10 WIB

SINGAPURA, KOMPAS — Kasus kanker hati secara perlahan menjadi persoalan besar di Asia, dengan angka penderita mencapai 500.000 per tahun. Terapi kanker di Asia juga memerlukan pendekatan yang berbeda dengan pengobatan yang dilakukan di negara-negara Barat karena kultur dan penyebab yang berbeda.

"Kanker di Asia relatif sulit dideteksi dan kerap terdiagnosis ketika stadiumnya sudah lanjut," kata Ann Lii Cheng, Director of Department of Oncology National Taiwan University College of Medicine Taiwan, pada seminar Maping the Path Forward, Kamis (14/5), seperti dilaporkan wartawan Kompas, Amanda Putri, dari Singapura.

Kanker hati termasuk jenis kanker yang berpotensi fatal. Di negara-negara berkembang, tingginya kasus kanker hati terkait dengan tingginya kasus hepatitis B dan hepatitis C, yang disebabkan oleh virus.

Di dunia, dari data Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Indonesia termasuk negara dengan kasus hepatitis B yang tergolong tinggi. Satu dari 10 penduduk atau sekitar 25 juta orang Indonesia mengidap hepatitis dan hanya 5-10 persen yang sudah diobati (Kompas, 17 September 2014).

President of Biomedical Research Institute Seoul National University College of Medicine South Korea Yung Jue Bang mengatakan, penanganan kanker di Eropa dan Amerika berbeda dengan di Asia. Di Amerika, konsumsi alkohol dan obesitas menjadi penyebab utama kasus kanker hati. Di Asia, penyebabnya berbeda.

Bang juga menekankan pentingnya penanganan kanker yang dilakukan secara komprehensif. Pendekatan dilakukan bukan hanya dari sisi farmasi atau konsumsi obat-obatan. Lebih dari itu, pendekatan budaya, gaya hidup, serta pola pikir juga harus dilakukan.

Ia menyebutkan, prevalensi kasus kanker stadium lanjut di Amerika adalah 1-2 kasus per 100, sedangkan di rumah sakit yang dipimpinnya mencapai 5-10 per 100. Secara genetis, orang Asia dan Amerika juga memiliki perbedaan sehingga membutuhkan penelitian khusus untuk melakukan terapi penanganan kanker yang tepat.

Senior Vice President Emerging Growth Markets Novartis Oncology John Ketchum menyebutkan, kematian akibat kanker semakin berkurang di negara Barat, tetapi meningkat di negara-negara berkembang. Di Asia, kasus kanker diprediksi meningkat sekitar 40 persen dan angka kematian diprediksi meningkat hingga 50 persen pada tahun 2030.

"Penyebab utamanya adalah gaya hidup tidak sehat, termasuk merokok, aktivitas olahraga yang minim, dan gizi yang buruk," ujar Ketchum.

Kanker hati digolongkan penyakit yang serius, di antaranya karena adanya gangguan pada fungsi hati, seperti mencerna lemak dan protein, menetralkan racun dari dalam tubuh, serta membantu mengontrol penggumpalan darah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau