Para peneliti juga menemukan, bahwa sekitar 20% anak anak dan remaja yang menyantap pizza, cenderung makan makanan yang lebih banyak mengandung garam, kalori dan lemak jenuh.
Orangtua seharusnya membatasi anak-anak mereka dalam mengonsumsi pizza atau setidaknya menambahkan makanan yang sehat dengan topping sayur-sayuran misalnya.
5. Penderita ADHD meningkat, terutama pada anak perempuan
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) seringkali dikaitkan dengan masalah pada anak laki-laki. Namun, sebuah studi terbaru yang dirilis bulan Desember menemukan, bahwa prevalensi pengidap ADHD meningkat di AS sekitar 43 persen anak-anak usia sekolah.
Selain itu, berdasarkan penelitian di tahun 2003 - 2011, terdapat lonjakan pada jumlah penderita anak perempuan sekitar 55%. Hingga saat ini, para peneliti masih belum menemukan jawabannya.
Menurut dokter, anak perempuan mempunyai gejala-gejala yang lain, seperti impulsif dan sulit untuk fokus. Penelitian ini menjelaskan, bahwa ADHD akan menjadi masalah umum dan orangtua, guru bahkan dokter, karena ini adalah masalah yang sangat penting yang mungkin terabaikan di masa lalu.
6. Penderita autisme juga meningkat
Penderita Autism Spectrum Disorder (ASD) diprediksi akan mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada bulan November, Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) merilis data terbaru yang memperkirakan 1 dari 45 anak-anak di AS mengidap ASD berdasarkan wawancara dengan orangtua.
Prakiraan tersebut lebih tinggi dibanding data yang sering disebutkan oleh catatan medis, yaitu 1 dari 68 anak-anak.
7. Susah makan bukan sekedar fase
Tak sedikit anak-anak yang di usia tertentu menjadi susah makan, terutama jika diberikan sayur atau buah. Susah makan sering dianggap sebagai salah satu fase dalam tumbuh kembang anak.
Namun, menurut studi terbaru anak balita yang masuk dalam kategori selective eaters (hanya mau makanan tertentu setiap makan) punya kecenderungan mengalami kecemasan dan depresi.
Memang hubungan sebab akibat antara kedua hal ini belum jelas. Tetapi para orangtua dan dokter sebaiknya tidak mengabaikannya, terutama jika kebiasaan pilih-pilih makanan menjadi semakin parah.
8. Menunda melepas tali pusat pada bayi mempunyai manfaat
Meskipun tidak semua dokter dan bidan menunda melepas tali pusat bayi, sebuah riset di 2015 menunjukkan, bahwa hal tersebut sebenarnya baik dilakukan.