JAKARTA, KOMPAS.com – Sambil menggenggam sehelai tisu, sesekali Pupur mengusap matanya yang sedikit berair. Malam itu Pupur tak terlalu bersemangat karena teman baiknya, Faiz sedang pulang ke Pontianak, Kalimantan Barat, seusai menjalani kemoterapi.
Namun, Pupur tetap semangat untuk ikut lomba 17 Agustus di Rumah Anyo bersama kakak-kakak dari komunitas yang hobi traveling.
“Aku bisa lomba masukin paku ke botol, lomba nangkap abelut, atau lomba makan kerupuk. Kalau lomba balap karung aku enggak bisa, soalnya lompat-lompat,” kata Pupur sambil tertawa kecil.
Pupur adalah nama panggilan dari Muhammad Furqon (12), bocah asal Serang, Banten, yang didiagnosis Desmoplastic Small Round Cell Tumor (DSRCT). Meski dengan kondisi di tulang pipi kanan yang menonjol dan matanya yang sudah tak bisa melihat jelas, Pupur tetap suka bermain seperti anak seusianya. Sehari-hari, Pupur yang mengidolakan artis Aliando Syarief itu sangat suka main Lego.
“Tapi kalau mulai pusing, dia berhenti main Lego, lalu tidur. Nanti bangun sudah enakan, dia main lagi,” cerita ibu Pupur, Suroha (31).
Benjolan di tulang pipi itu cukup besar hingga menekan bagian mata kanan Pupur. Jarak pandang mata kanannya itu pun menjadi sekitar 13 cm. Sementara mata kirinya sudah sulit melihat.
Mengenai jenis kanker pada Pupur, Suroha sendiri sulit menyebutkanya. Singkatnya adalah DSRCT, yaitu jenis kanker yang sangat langka. ”Pokoknya kanker bandel. Kankernya itu katanya ada di akar paling dalam saraf,” kata Suroha.
Sering jatuh saat kecil
Suroha menceritakan, masalah kesehatan Pupur mulai muncul saat usia 7 atau 8 tahun. Saat itu Pupur sering tiba-tiba terjatuh. Kemudian, matanya kuning, sering BAB, dan perutnya bengkak. Suroha sadar ada yang tak beres dengan kesehatan Pupur.
Suatu ketika, dokter menyatakan ada tumor di perut Pupur yang harus dioperasi. Tumor itu beratnya mencapai 4 kg. Suroha dan suaminya akhirnya menjual rumah untuk membiayai operasi pada perut Pupur senilai Rp 45 juta.
“Operasinya di rumah sakit swasta, enggak pakai BPJS. Jadi ya, udah, semua Rp 45 juta dikasih untuk operasi perut doang,” cerita Suroha.
Hingga akhirnya, Pupur didiagnosis kanker dan tim medis di Serang merujuk Pupur ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
“Dokter di Serang semua sudah angkat tangan. Katanya kankernya sudah menyebar. Pupur sudah enggak bisa diapa-apain. Tapi ke Jakarta saya bingung tinggal sama siapa. Dokter di Serang dan perawat akhirnya nganterin ke Jakarta,” kenang Suroha.
Benjolan muncul di sejumlah bagian tubuh Pupur. Suroha sempat putus asa dan meninggalkan pengobatan medis, lalu beralih ke pengobatan alternatif. Namun, selama 8 bulan, kondisi Pupur malah bertambah parah. Bengkak di perutnya pun membesar. Padahal ia telah menghabiskan Rp 6-7 juta untuk berobat alternatif.