KOMPAS.com - Masker menjadi salah satu benda wajib saat virus merebak di suatu wilayah.
Selain mengantisipasi penularan virus, masker juga digunakan untuk menangkal polusi udara.
Seperti di China. Saat virus korona atau coronavirus China merebak di negara tersebut, banyak orang menggunakan masker.
Lantas, benarkan masker dapat efektif mencegah penularan virus seperti korona?
Baca juga: Gejala Virus Corona asal China
Masker telah digunakan secara terbatas di dunia medis sejak abad ke-18.
Masker baru digunakan secara luas oleh publik sejak wabah flu asal Spanyol merenggut nyawa lebih dari 50 juta orang, pada 1919 silam.
Dr David Carrington dari St George's University of London, mengatakan, masker tidak efektif melindungi diri dari virus atau bakteri yang menyebar lewat udara.
"Masker umumnya terlalu longgar, tidak memiliki saringan udara, dan bagian mata tetap terbuka," jelasnya kepada BBC News, Senin (23/1/2020).
Baca juga: Virus Mematikan Asal China Menyebar ke Negara Lain, Seberapa Perlu Kita Khawatir?
Kendati tidak efektif, namun Carrington meyakini masker mampu menurunkan risiko penularan virus lewat udara.
"Terutama lewat percikan cairan dari bersin atau batuk. Selain itu, juga mencegah tangan langsung kontak ke mulut," katanya.
Kedua hal tersebut, diyakini merupakan salah satu medium penularan virus.
Seperti virus corona jenis baru yang muncul kali pertama dari Wuhan, China.
Studi dari New South Wales pada 2016 lalu menyebut, rata-rata orang menyentuh wajah mereka 23 kali per jam.
Dr Connor Bamford dari Queen's University Belfast mengatakan, menjaga kebersihan jauh lebih efektif mencegah penularan virus ketimbang menggunakan masker.
"Menutup mulut saat bersin dan batuk, mencuci tangan, dan tidak meletakkan tangan ke mulut sebelum mencuci tangan, meminimalkan risiko penularan virus pernapasan," katanya.