Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Amankah Penderita Gangguan Jantung Berhubungan Badan?

Kompas.com - 28/02/2020, 20:01 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com - Seperti olahraga, berhubungan badan juga memerlukan dukungan kerja jantung.

Oleh sebab itu, beberapa penderita gangguan jantung mungkin pernah merasa khawatir ketika ingin berhubungan seksual dengan pasangan.

Mereka takut aktivitas seksual malah bisa memperparah penyakitnya.

Baca juga: Bagaimana Serangan Jantung yang Bisa Sebabkan Kematian?

Menjawab persoalan tersebut, Dr. dr. Hudi Winarso, M.Kes., Sp.And, dalam bukunya Seks Pria & Wanita: Manfaat, Masalah, dan Solusinya yang diterbitkan pada 2019, menjelaskan boleh tidaknya penderita gangguan jantung berhubungan badan tergantung kemampuan jantung masing-masing.

Boleh berhubungan badan, asal...

Jika kemampuan jantung menunjukkan kapasitas lebih dari 3,2 mets, maka seorang penderita gangguan jantung boleh saja melakukan aktivitas seks dengan pasangan secara wajar.

Namun, apabila kemampuan jantungnya hanya sekitar 2,5 mets, maka dalam berhubungan badan, mereka hanya boleh pada posisi yang kurang aktif atau di bawah.

Jadi secara umum, para penderita gangguan jantung ini masih diperbolehkan berhubungan badan asal memperhatikan kemampuan jantung.

Untuk mengetahui kemampuan jantung itu, mereka perlu lebih dulu melakukan uji latih jantung (ULJ) dengan treadmill.

Konsultan andrologi dan seks tersebut menyampaikan, aktivitas seks yang sebaiknya tidak dilakukan oleh penderita jantung karena bisa berakibat fatal, yakni berhubungan badan dengan pasangan resmi.

Karena dalam kondisi cemas dan cenderung merasa bersalah, tenaga jantung yang dibutuhkan dalam kondisi itu bisa 3-4 kali lipat dari sewajarnya.

Jika kapasitas jantungnya tidak mencukupi, seorang penderita gangguan jantung bisa mati mendadak saat berhubungan badan atau biasa disebut sudden death on hourse riding.

Baca juga: 10 Penyebab Serangan Jantung yang Kerap Disepelekan

Solusi aman berhubungan badan

Unsur olahraga dalam aktivitas seks sebenarnya dapat dipahami sebagai hal yang positif bagi kesehatan.

Hal itu dikarenakan berhubungan badan bisa membakar kalori yang jika dikemas secara benar, akan bermanfaat untuk kebugaran pembuluh darah.

Ada sejumlah tips yang bisa dilakukan para penderita gangguan juntung untuk meminimalisir bahaya medis ketika berhubungan seks.

Berikut yang perlu diperhatikan:

1. Suhu kamar

Upayakan suhu kamar dalam keadaan nyaman, tidak terlalu panas atau dingin.

Suhu kamar yang terlalu panas disinyalir akan menyebabkan jantung bekerja lebih keras karena keringat keluar lebih banyak.

Sedangkan, suhu terlalu dingin akan memudahkan otot mengalami kejang atau kram.

Baca juga: Cara Hitung Denyut Nadi Saat Olahraga untuk Cegah Serangan Jantung

2. Perut relatif kosong

Lambung yang masih penuh dengan makanan akan mendesak pembuluh darah koroner yang berada di atas lambung.

Selain itu, aliran darah yang banyak banyak mengarah ke lambung akan menyebabkan ereksi mudah terganggu.

Jadi, berhubungan badan dianjurkan minimal 2 jam setelah makan, di mana lambung relatif sudah lebih kosong karena makanan sudah turun ke bagian usus.

3. Obat jantung tersedia dalam jangkuan

Hal ini tentu penting untuk mengantisipasi kondisi yang tidak dinginkan selama berhubungan badan.

Amankah pakai obat kuat?

Tentang tambahan konsumsi obat kuat bagi pria yang mengalami gangguan jantung, tidak masalah jika itu jenis penghambat PDE-5, seperti viagra dan levitra.

Obat tersebut justru bersifat membuka pembuluh darah koroner.

Sementara, obat kuat yang berisi Yohimbin atau obat lain yang bekerja memacu kerja jantung, sebaiknya jangan dikonsumsi.

Yohimbin akan menyebabkan detak jantung semakin cepat dan potensial meningkatkan tekanan darah.

Gangguan seks setelah serangan jantung

Melansir buku Cintailah Jantung Kita: Mencegah Serangan Jantung (2016) I Wayan Wita, diterangkan bahwa persentase penderita yang tidak berhubungan badan setelah serangan jantung bervariasi.

Baca juga: 10 Penyebab Serangan Jantung yang Kerap Disepelekan

Umumnya yang terjadi, yakni sekitar seperempat dari jumlah penderita atau 1 di antara 4 orang tidak berhubungan seks, seperempatnya lagi tidak mengubah frekuensi, dan separuhnya menurunkan aktivitas seksualnya.

Para peneliti pun menemukan berbagai alasan yang disampaikan oleh para penderita gangguan jantung yang mengubah aktivitas seksual .

Alasan yang dikemukakan oleh mereka ternyata lebih banyak bersifat kejiwaan (psikologis) daripada fisik (fisiologis), misalnya:

  • Takut mati mendadak pada saat orgasme
  • Rasa cemas
  • Tertekan (depresi)
  • Libido menurun lebih banyak dari keluhan nyeri dada (angina pektoris)
  • Sesal mapas maupun impotensi

Pendapat yang sama juga dialami oleh para pasangan penderita gangguan jantung.

Rasa takut mati mendadak rupanya telah menghantui mereka, apalagi kerap diberitakan kasus mati mendadak pada seseorang saat menggauli pekerja seks.

Baca juga: Kenali 11 Tanda Seseorang Mungkin Akan Meninggal Dunia

Padahal, kasus tersebut terbilang jarang. Dari Jepang dilaporkan hanya 0,6 persen atau 34 dari 5.559 kasus mati mendadak terjadi saat senggama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau